Pages

MARHABAN

Rabu, Desember 30, 2009

LOMBA AKSI V MGMP PAI KAB.BEKASI

Bapak/ Ibu GPAI SMP Kab. Bekasi, Insya Allah MGMP PAI SMP Kab. Bekasi akan melaksanakan lomba Apresiasi Kreasi dan Seni Islam V ( AKSI V ) pada :
Hari/ Tanggal : Rabu, 27 Januari 2010
Waktu : 08.00 - selesai
Tempat : SMPN 5 Tambun Selatan
Jl. Griya Asri 2 Kec.Tambun Selatan Kab. Bekasi
Jenis Lomba :
1. MTQ
2. MHQ
3. Cerdas Cermat
4. Pidato
5. Kaligrafi
6. Qasidah
7. Nasyid
8. Marawis

Silahkan bagi Bapak/ Ibu GPAI yang akan mendaftarkan peserta didiknya dapat menghubungi Panitia ( MGMP PAI Kab. Bekasi )

1. Asep Saefullah : 08561169780
2. Sa'ut : 081316663436
3. Tuti Alawiyah : 08151645627
4. Hj. Sofiyah : 081310111596

Minggu, November 22, 2009

Ini Dia Penanggalan Maya yang Jadi Biang Kerok Isu Kiamat 2012

Penulis : HANKSVILLE.ORG/WIKIPEDIA/NURKHOI

Film "2012" memancing kontroversi di Indonesia karena memunculkan bencana besar. Bencana itu disebut-sebut terkait dengan berakhirnya penanggalan panjang suku Maya.


Penanggalan Maya memang agak aneh dibanding kalendar yang dipakai di dunia maupun kalendar Indonesia, misalnya. Biasanya perhitungan hanya sepanjang satu tahun.

Maya, suku Indian Amerika Latin, memiliki tiga sistem kalendar yang dipakai bersamaan. Di satu kalendar, satu tahun memiliki panjang 265 hari, satu lagi 260 hari, dan satu lagi--disebut perhitungan panjang--akan berakhir pada 2012 itu.

Penanggalan perhitungan panjang itu memiliki unit:

1 hari = kin
20 kin = uinal
18 uinal = tun
20 tun = katun
20 katun = baktun
Lingkaran panjang=13 baktun

Bandingkan dengan penanggalan masehi yang lazim digunakan dunia saat ini yakni:

30/31 hari = bulan (kecuali Februari yang 28/29 hari)
12 bulan = tahun

Dengan perhitungan panjang itu, satu baktun memiliki panjang 144.000 hari atau sekitar 400 tahun. Saat ini penanggalan masuk baktun ke-13.

Dengan tanggal Maya, hari ini Rabu (18/11) adalah

12 baktun
19 katun
16 tun
15 uinal
11 kin.

Yang menjadi persoalan, sebagian ahli menyatakan penanggalan Maya hanya sampai pada baktun ke-13. Baktun ke-13 ini akan berakhir pada tanggal 20 Desember 2012.

Pada 20 Desember 2012 itu, penangalan Maya menjadi
12 baktun
19 katun
19 tun
17 uinal
19 kin.

Sehari berikutnya akan masuk baktun ke-14 yakni

13 baktun
0 katun
0 tun
0 uinal
0 kin

Sejumlah ahli, seperti dari badan antariksa Amerika Serikat, menyatakan bahwa pada penanggalan Maya akan mulai lagi pada tanggal 1. Tidak dijelaskan apakah masuk baktun ke-12 atau mulai lagi dari titik awal seperti beberapa ribu tahun silam atau masuk ke baktun ke-14.

Suku Maya sendiri, menurut Susan Milbrath, kepala bagian seni dan arkeologi Amerika Latin di Museum Florida, tidak menyebutkan dunia bakal berakhir jika baktun ke-13 ini selesai.
[TEMPO Interaktif :: http://www.tempointerakt]

Jumat, Juli 24, 2009

Informasi Lomba Kreasi Model Pembelajaran

PEDOMAN LOMBA KREASI MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TINGKAT NASIONAL
UNTUK GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SD, SMP, & SMA / SMK


A. Latar Belakang
Pendidikan Agama di sekolah umum memiliki peran yang sangat urgen dalam pembinaan manusia Indonesia. UUD 1945 (Amandeman) Pasal 31 ayat (3) mengamanatkan bahwa “Tujuan Pendiddikan Nasional meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”. Bahkan tujuan pendidikan nasional tersebut dipertegas dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional tersebut perlu dirumuskan dalam program yang terpadu dan berkelanjutan. Guru Pendidikan Islam (GPAI) mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik agar dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam. Dia juga figur yang utama dalam menanamkan nilai-nilai luhur ajaran agama Islam dalam kerangka pembentukan sikap dan watak, serta perilaku peserta didik melalui berbagai model pembelajaran yang dikembangkan di sekolah.
Penguasaan dan keterampilan dalam proses pembelajaran sepatutnya dimiliki GPAI agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu perlu ada upaya agar GPAI dapat meningkatkan kemampuan dan pengayaan keterampilan dalam menjalankan proses pembelajaran kepada peserta didik. GPAI perlu didorong dan dirangsang kreatifitasnya untuk senantiasa melakukan pengembangan kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah pada tahun 2009 ini akan menyelenggarakan Lomba Kreasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam GPAI Tingkat SD, SMP, dan SMA/SMK Negeri dan Swasta.


B. Pengertian
Lomba Kreasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah gambaran dari model pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning), interaktif, serta lebih memfungsikan peserta didik dalam aktifitas pembelajaran.

C. Tujuan
Secara rinci tujuan dari kegiatan Lomba Kreasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah adalah :
1. Memberikan motivasi kepada GPAI agar senantiasa berupaya meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pengembangan berbagai model pembelajaran.
2. Memberikan penghargaan terhadap GPAI yang dinilai memiliki kompetensi dalam pengembangan berbagai model pembelajaran.
3. Meningkatkan mutu pembinaan terhadap GPAI yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif.


D. Target

1. Tumbuhnya motivasi yang tinggi pada GPAI untuk senantiasa berupaya meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pengembangan berbagai model pembelajaran.
2. Terjaringnya berbagai model pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada SD, SMP, dan SMA / SMK, yang merupakan kreasi GPAI.
3. Terjadinya peningkatan mutu pembinaan terhadap guru-guru Pendidikan Agama Islam yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif.

E. Peserta Lomba
Peserta lomba Kreasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tingkat Nasional Tahun 2009 adalah guru PAI pada SD, SMP, dan SMA / SMK, baik negeri maupun swasta.

F. Persyaratan Peserta

a. Bersatus guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada SD, SMP, SMA / SMK, yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Kepala Sekolah.
b. Belum pernah menjadi juara tingkat nasional pada lomba serupa.


G. Tahapan Lomba
Lomba Kreasi Model Pembelajaran PAI pada SD, SMP, dan SMA / SMK dilaksanakan dalam beberapa tahapan, meliputi :

1. Tahap I Penilaian Naskah
Setiap naskah akan dinilai berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan. Penilaian naskah dilaksanakan di masing-masing Kanwil Departemen Agama Provinsi. Melalui tahapan ini, ditetapkan 1 (satu) orang peserta terbaik pada masing-masing tingkatan dan berkah mengikuti Grand Final di Jakarta.

2. Grand Final
Acara Grand Final Lomba Kreasi Model Pembelajaran dilaksanakan di Jakarta pada tanggal 11-15 Agustus 2009 diikuti oleh peserta terbaik dari masing-masing provinsi. Seluruh biaya lomba acara Grand Final termasuk transportasi dan akomodasi peserta menjadi tanggung jawab panitia pusat. Setiap peserta akan tampil dalam 2 (dua) tahapan yakni :

a. Presentasi Naskah
Setiap peserta wajib mempresentasikan naskah lomba di depan Tim Juri. Setelah presentasi, Tim Juri akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan desain pembelajaran yang ditulis dan harus di jawab oleh peserta.
b. Simulasi Pembelajaran
Tahap selanjutnya setiap peserta melakukan simulasi pembelajaran di depan kelas (Panitia menyiapkan sejumlah 25 orang siswa). Pada tahap ini peserta mengaplikasikan langsung model pembelajaran yang lebih menekankan pada keaktifan siswa dan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning).

H. Naskah

1. Kriteria Naskah
a. Naskah Desain Pembelajaran PAI disusun secara naratif oleh guru yang bersangkutan dengan memperhatikan :
b. Materi didasarkan pada Standar Isi PAI (Permendiknas) No. 22 Tahun 2006;
c. Menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang terfokus pada keaktifan peserta didik;
d. Menampilkan pola interkatif antara guru dan peserta didik;
e. Menggunakan alat peraga dan media pembelajaran;
f. Model pembelajaran telah diaplikasikan di sekolah.

2. Sistematika Penulisan Naskah
Naskah tertulis yang diketik di atas kertas kuarto jarak baris 1,5 spasi dengan sistematika, sebagai berikut :
a. Daftar Isi;
b. Pendahuluan (Latar Belakang, permasalahan, manfaat);
c. Nama Model Kreasi Pembelajaran;
d. Tujuan Pembelajaran;
e. Alat peraga dan media pembelajaran yang digunakan;
f. Standar Kompetensi / Kompetensi Dasar;
g. Langkah-langkah pembelajaran;
h. Menyertakan data pendukung, antara lain:
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Tanggapan peserta didik.
Hasil belajar peserta didik;
Lain-lain informasi pendukung yang dianggap perlu.

I. Pengiriman Naskah

1. Naskah dikirim ke Kanwil Departemen Agama Provinsi setempat dalam bentuk asli (bukan foto copy) rangkap 2 (dua) ke bidang Mapenda, dengan Alamat Kanwil Depag Provinsi setempat, selambat-lambatnya tanggal 15 Juli 2009 (cap pos).
2. Bidang Mapenda Kanwil Depag Provinsi mengirimkan naskah terbaik masing-masing tingkatan, yakni : 1 (satu) naskah terbaik SD, 1 (satu) naskah terbaik SMP, dan 1 (satu) naskah terbaik SMA / SMK ke Panitia Pusat selammbat-lambatnya tanggal 1 Agustus 2009 dengan alamat : Panitia Lomba Kreasi Model Pembelajaran PAI Pada Sekolah Tahun 2009, Direktorat Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Ditjen Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Jalan Lapangan Banteng Barat 3-4 Blok A Lt. 7 Jakarta Pusat.
3. Naskah yang dikirimkan ke Panitia Pusat tidak dikembalikan lagi dan menjadi milik panitia.

J.Kriteria Penilaian
1. Penilaian Naskah (dilaksanakan di Kanwil Depag Provinsi)
a. Sistematika Penulisan
b. Kesesuaian materi dengan judul
c. Kesesuaian dan keragaman metode pembelajaran
d. Strategi dan langkah pembelajaran
e. Kekayaan materi / bahan ajar
f. Penggunaan alat peraga dan media pembelajaran
g. Ketepatan penulisan dan penggunaan ayat Al-Quran dan Hadist
h. Penggunaan bahasa
i. Data dan informasi pendukung

2. Penilaian Presentasi (Grand Final di Jakarta)
a. Penampilan
b. Kesesuaian penyajian materi dengan naskah
c. Penguasaan konsep
d. Penggunaan media
e. Penggunaan bahasa
f. Data dan informasi pendukung
g. Sistematika penyajian
h. Relevansi jawaban pertanyaan Tim Juri.

3. Penilaian Simulasi Pembelajaran (Grand Final di Jakarta)
a. Penampilan
b. Penguasaan materi pembelajaran
c. Langkah-langkah pembelajaran
d. Penggunaan metode
e. Penggunaan alat peraga dan media pembelajaran
f. Pengelolaan kelas
g. Keaktifan peserta didik
h. Pembelajaran yang menyenangkan
j. Interaksi dalam pembelajaran

K. Penghargaan Pemenang
Pemenang Lomba Kreasi Model Pembelajaran PAI pada SD, SMP, SMA / SMK Tahun 2009 ini akan diberikan hadiah berupa piagam / sertifikat penghargaan dan uang pembinaan tunai yang masing-masing besarnya sebagai berikut :
1. Juara I menerima uang sebesar Rp. 16.000.000,-
2. Juara II menerima uang sebesar Rp. 13.000.000,-
3. Juara III menerima uang sebesar Rp. 10.000.000,-
4. Harapan I menerima uang sebesar Rp. 5.000.000,-
5. Harapan II menerima uang sebesar Rp. 3.500.000,-
6. Harapan III menerima uang sebesar Rp. 2.500.000,-
Pajak hadiah ditanggung pemenang

L. Output
Sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, Lomba Kreasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tahun 2009 ini diharapkan dapat menentukan 6 orang guru PAI pada setiap tingkatan (SD, SMP, dan SMA / SMK) sebagai juara lomba yang didasarkan pada kriteria yang telah ditetapkan. Pelaksanaan lomba ini juga diharapkan mampu memotivasi para guru PAI di seluruh Indonesia untuk meningkatkan keterampilan dalam pengembangan berbagai model pembelajaran PAI.
Panduan Bagi Bidang Mapenda Kanwil Departemen Agama Provinsi
1. Mensosialisasikan kegiatan Lomba Kreasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam tingkat SD, SMP, dan SMA / SMK
2. Menhimpun naskah dari peserta lomba Kreasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam untuk semua tingkatan (SD, SMP, dan SMA / SMK) selambat-lambatnya tanggal 15 Juli 2009.
3. Melakukan seleksi terhadap naskah yang masuk dari masing-masing tingkatan dengan cara :
a. Menbentuk Tim Juri / penilai naskah yang berjumlah 3 (tiga) orang terdiri dari akademisi, praktisi dan ahli pembelajaran PAI.
b. Menilai semua naskah lomba berdasarkan kriteria penilaian naskah yang ditetapkan oleh Panitia Pusat.
c. Menetapkan naskah terbaik tingkat provinsi pada masing-masing tingkat SD, SMP, SMA / SMK kepada Panitia Lomba Kreasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Subdit Kurikulum dan Evaluasi Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Ditjen Pendidikan Islam Departemen Agama RI, dengan alamat Jl. Lapangan Banteng Barat No. 3-4 Jakarta Pusat, selambat-lambatnya tanggal 1 Agustus 2009.
Hal-hal lain yang belum tercantum dalam panduan ini dapat dikomunikasikan lebih lanjut dengan Panitia Pusat dengan kontak person : Hj. Siti Fauziah, SE,.M.Si
(081317142458), Dr. Halfian Lubis, MA (08121845584) dan Dr. H. Abd. Adhim, MA (081386121219).

PERTEMUAN MGMP PAI SMP KAB BEKASI

Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Diberitahukan kepada Bapak/ Ibu GPAI SMP di Kabupaten Bekasi...bahwasanya MGMP PAI untuk Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2009-2010 akan kita mulai kembali.
Insya Allah untuk pertemuan pertama akan dilaksanakan pada :
Hari/ Tanggal : Rabu, 29 Juli 2009
Waktu : 08.00 - 16.00 WIB
Tempat : SMP Negeri 2 Cikarang Utara ( Jl.Lemah Abang - Cibarusah )
Agenda : - Informasi terbaru seputar KTSP
- Penyusunan Draft BTQ
- Rencana AKSI V
Demikian undangan ini.
terima Kasih.
Wassalam.

Ketua MGMP PAI

TTD


ASEP SAEFULLAH, S.Ag

Selasa, Maret 31, 2009

Tunjangan Sertifikasi Guru Agama Segera Dibayar

Karanganyar,31/3(Pinmas)--Tunjangan sertifikasi guru agama segera dibayarkan, Menteri Agama Maftuh Basuni telah memerintahkan Kepala Kanwil Departemen Agama di daerah-daerah untuk membayarkan.

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo mengatakan hal itu dalam dialog publik pendidikan yang berlangsung di Pendapa Rumah Dinas Bupati Karanganyar, Selasa (31/3).

Beberapa guru agama yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, tunjangan sertifikasi itu sejak tahun 2006 hingga sekarang belum diterima.

"Mereka yang sampai sekarang belum menerima uang tunjangan tersebut nantinya dirafel, semua tidak ada masalah tinggal menunggu saja," katanya.

Mengenai kelanjutan sertifikasi, kata dia, mulai tahun 2009 guru yang belum mempunyai S1, tetapi sudah mempunyai masa kerja 20 tahun bisa mengikuti program sertifikasi guru. Untuk tahun 2015 semua guru harus sudah bersertifikasi.

Guru tingkat SMP dan SMA beberapa tahun lalu yang S1 baru 30 persen, sekarang ini telah naik menjadi 41 persen lebih dan tahun 2014 diharapkan semua guru telah S1, katanya.

Menyinggung guru tidak tetap (GTT), Mendiknas mengatakan pada umumnya keluhan yang disampaikan hampir sama yaitu meminta diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

"Pemerintah tidak pernah menghalang-halangi GTT ikut tes CPNS dan semua mempunyai hak yang sama, kalau guru bantu sebenarnya sudah ikut tes CPNS tinggal menunggu penempatan dan sekarang ini ada maka mereka itu ditempatkan," katanya.

Mengenai peraturan peperintah (PP) tentang GTT, Mendiknas sekarang ini sedang memproses. Jadi nanti akan jelas mengenai status maupun yang lain.

"Saya telah mengecek ke daerah-daerah GTT memang diperlukan, maka perlu dibuat aturan yang jelas, siapa yang berhak mengangkat, mengenai gaji, dan selanjutnya," katanya.(ant/ts)

Sumber : Depag.go.id

Senin, Maret 30, 2009

Tunjangan Profesi Guru Depag Segera Cair

Jakarta,30/3 (Pinmas)--Sebagian besar guru dan dosen yang berada dalam naungan Departemen Agam (Depag) beberapa pekan ini khawatir tunjangan profesi mereka tak segera cair. Namun, kekhawatiran itu segera berakhir setelah Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebagai inisiator program tunjangan profesi guru memastikan tunjangan akan diberikan paling lambat Juli 2009.

``Keterlambatan pemberian tunjangan profesi guru dan dosen di lingkungan Depag adalah suatu kewajaran. Depag memang harus melihat dulu implementasinya di lingkungan Depdiknas. Terlambat itu wajar, karena Depdiknas yang jadi insiatornya. Justru kalau Depag yang lebih dulu, malah kelihatan lucu,`` ujar Mendiknas Bambang Sudibyo dalam jumpa pers di Gedung Depdiknas, Senin (30/3).

Menurut Mendiknas, Surat keputusan (SK) Menteri Keuangan No 145/MK/05/2009 yang memastikan pencairan tunjangan profesi guru telah diterbitkan pada 12 Maret lalu. SK tersebut, lanjut dia, membuat pancairan dana tunjangan profesi menjadi lebih pasti dan cepat..

Bagi guru-guru di bawah naungan Depdiknas, kata Mendiknas, tunjangan profesi diberikan hanya berdasar Peraturan Mendiknas. ``Itu sebagai bukti bahwa pemerintah serius menangani mutu dan kesejahteraan para guru dan dosen di Indonesia,`` jelasnya.

Oleh karena itu, kata Mendiknas, para guru dan dosen di lingkungan Depag, baik yang berstatus PNS atau non-PNS sebaiknya segera menyiapkan segala persyaratan yang dibutuhkan untuk mendapatkan tunjangan profesi.

Menteri Agama, lanjut dia, sudah mengirim surat edaran kepada para Kanwil Depag di seluruh Indonesia untuk segera mencairkan tunjangan profesi guru dan dosen. ``Nanti koordinasinya akan terus dipantau secara bersama antara Depdiknas, Depag, dan Kementerian PAN,`` imbuhnya.

Sekretaris Jenderal Depdiknas Dodi Nadika menambahkan, para guru yang akan menerima tunjangan profesi akan dinilai melalui beberapa hal. Salah satu yang terpenting adalah masa kerja dan kinerjanya. ``Para guru yang pantas menerima tunjangan adalah guru yang tetap, dibuktikan dengan SK PNS atau SK dari yayasannya. Selain itu, harus mengajar sedikitnya 24 jam dalam sepekan`` ungkapnya.(Rep/ts)


sumber : depag.go.id

Kamis, Maret 05, 2009

SERTIFIKASI GURU DEPAG TAHUN 2009

Pada tahun 2009, Departemen Agama akan menyelenggarakan sertifikasi bagi 100 ribu guru lagi di lingkungan Depag, setelah 33.851 guru disertifikasi pada 2008.

Depag terus berupaya meningkatkan kesejahteraan guru.Tunjangan Profesi Guru diberikan kepada 26.869 guru yang telah disertifikasi pada 2008 setara gaji pokok PNS yang dibayarkan pada 2009.

Data Depag menunjukkan bahwa seluruh guru yang telah memiliki kualifikasi akademik minimal S-1 di madrasah pada 2006, urainya, mencapai 224.886 orang, namun dari jumlah itu yang mendaftar pada 2007 untuk mengikuti sertifikasi hanya 73 persen atau 165.967 orang.

Dari daftar itu ditetapkan 25.761 orang (11,46 persen) dari guru yang berkualifikasi S-1 menjadi peserta sertifikasi tahap pertama, yakni 4.000 peserta masuk kategori kuota 2006 dan 21.761 lainnya dalam kategori kuota 2007.

Depag juga memberi tunjangan fungsional guru non-PNS bagi 501.831 orang sejak 2008 sebesar Rp200 ribu per orang untuk guru non S-1 per bulan yang pada 2009 naik menjadi Rp250 ribu.

Sedangkan tunjangan fungsional bagi guru non-PNS yang S-1, pada 2009 naik menjadi Rp300 ribu per orang per bulan dari Rp250 ribu pada 2008.

Pada tahun 2009, total pagu definitif Depag sebesar Rp26,66 triliun, yang terdiri dari anggaran fungsi pendidikan Rp23,28 triliun dan fungsi non-pendidikan Rp3,38 triliun.

Dari pagu definitif fungsi pendidikan Depag 2009 Rp23,28 triliun itu ditetapkan alokasi untuk delapan program pembangunan pendidikan Islam antara lain yang terbesar Rp8,87 triliun untuk program manajemen pelayanan pendidikan.

Selain itu, Rp7,29 triliun untuk program Wajar Diknas sembilan tahun dan Rp3,24 triliun untuk program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan.

Dari total anggaran yang dialokasikan bagi pendidikan Islam Rp 22 triliun, sebagian besar Rp18,06 triliun dikelola Kanwil Depag Provinsi, Rp2,55 triliun oleh Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN), sisanya Rp2,7 triliun dikelola Depag pusat.

Kamis, Februari 05, 2009

Kuota Sertifikasi GPAI Jawa Barat tahun 2009


Perencanaan untuk alokasi peserta sertifikasi guru PAIS
tahun 2009 sebanyak 25.000 orang guru. Jumlah tersebut terdiri
dari: 126 orang atau 0,5% Guru TK, sebanyak 12.822 orang
atau 51,4% Guru SD, 7.170 orang atau 28,7% Guru SMP,
dan sebanyak 4.841 orang 19,4% merupakan Guru SMA/SMK.
Sementara jumlah guru yang dialokasi untuk menerima tunjangan
profei guru PAIS pada tahun 2009 sebanyak 6.454 orang
Sedangkan untuk wilayah Jawa Barat mendapat kuota 4.321 guru; terdiri dari 12 guru TK, 2,499 guru SD, 1,147 guru SMP, dan 663 guru SMA.
(Sumber Ditjen Pendis Depag RI dalam www.depag.go.id)

Selasa, Februari 03, 2009

Suku Indian Cherokee dahulu adalah muslim

Benarkah? Ya benar sekali, dalam sejarah yang tidak terungkap dan tidak pernah terungkap dan hanya diungkap di kalangan akedemisi yang berhubungan dengan sejarah, tercatat bahwa suku indian Cherokee mayoritas beragama muslim. Sebagai bukti bahwa hal itu memang benar, kalau ada rejeki dan kesempatan bisa berkunjung ke perpustakaan kongres amerika (Library of Congress) silahkan minta untuk ditunjukkan arsip perjanjian antara pemerintah AS dan orang-orang indian suku Cherokee pada tahun 1787.

Disana akan terlihat tanda tangan kepala suku Cherokee saat itu dengan nama Abdel-Khak and Muhammad Ibn Abdullah

Subhanalloh….

Kok bisa?

Sejarahnya panjang,

Semangat orang-orang Islam dan Cina saat itu untuk mengenal lebih jauh planet (tentunya saat itu nama planet belum terdengar) tempat tinggalnya selain untuk melebarkan pengaruh, mencari jalur perdagangan baru dan tentu saja memperluas dakwah Islam mendorong beberapa pemberani di antara mereka untuk melintasi area yang masih dianggap gelap dalam peta-peta mereka saat itu. Beberapa nama tetap begitu kesohor sampai saat ini bahkan hampir semua orang pernah mendengarnya sebut saja Tjeng Ho dan Ibnu Batutta, namun beberapa lagi hampir-hampir tidak terdengar dan hanya tercatat pada buku-buku akademis.
Para ahli geografi dan intelektual dari kalangan muslim yang mencatat perjalanan ke benua Amerika itu adalah Abul-Hassan Ali Ibn Al Hussain Al Masudi (meninggal tahun 957), Al Idrisi (meninggal tahun 1166), Chihab Addin Abul Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 – 1384) dan Ibn Battuta (meninggal tahun 1369).
Menurut catatan ahli sejarah dan ahli geografi muslim Al Masudi (871 - 957), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad seorang navigator muslim dari Cordoba di Andalusia, telah sampai ke benua Amerika pada tahun 889 Masehi. Dalam bukunya, ‘Muruj Adh-dhahab wa Maadin al-Jawhar’ (The Meadows of Gold and Quarries of Jewels), Al Masudi melaporkan bahwa semasa pemerintahan Khalifah Spanyol Abdullah Ibn Muhammad (888 - 912), Khashkhash Ibn Saeed Ibn Aswad berlayar dari Delba (Palos) pada tahun 889, menyeberangi Lautan Atlantik, hingga mencapai wilayah yang belum dikenal yang disebutnya Ard Majhoola, dan kemudian kembali dengan membawa berbagai harta yang menakjubkan. Sesudah itu banyak pelayaran yang dilakukan mengunjungi daratan di seberang Lautan Atlantik, yang gelap dan berkabut itu. Al Masudi juga menulis buku ‘Akhbar Az Zaman’ yang memuat bahan-bahan sejarah dari pengembaraan para pedagang ke Afrika dan Asia.
Dr. Youssef Mroueh juga menulis bahwa selama pemerintahan Khalifah Abdul Rahman III (tahun 929-961) dari dinasti Umayah, tercatat adanya orang-orang Islam dari Afrika yang berlayar juga dari pelabuhan Delba (Palos) di Spanyol ke barat menuju ke lautan lepas yang gelap dan berkabut, Lautan Atlantik. Mereka berhasil kembali dengan membawa barang-barang bernilai yang diperolehnya dari tanah yang asing.
Beliau juga menuliskan menurut catatan ahli sejarah Abu Bakr Ibn Umar Al-Gutiyya bahwa pada masa pemerintahan Khalifah Spanyol, Hisham II (976-1009) seorang navigator dari Granada bernama Ibn Farrukh tercatat meninggalkan pelabuhan Kadesh pada bulan Februari tahun 999 melintasi Lautan Atlantik dan mendarat di Gando (Kepulaun Canary). Ibn Farrukh berkunjung kepada Raja Guanariga dan kemudian melanjutkan ke barat hingga melihat dua pulau dan menamakannya Capraria dan Pluitana. Ibn Farrukh kembali ke Spanyol pada bulan Mei 999.
Perlayaran melintasi Lautan Atlantik dari Maroko dicatat juga oleh penjelajah laut Shaikh Zayn-eddin Ali bin Fadhel Al-Mazandarani. Kapalnya berlepas dari Tarfay di Maroko pada zaman Sultan Abu-Yacoub Sidi Youssef (1286 - 1307) raja keenam dalam dinasti Marinid. Kapalnya mendarat di pulau Green di Laut Karibia pada tahun 1291. Menurut Dr. Morueh, catatan perjalanan ini banyak dijadikan referensi oleh ilmuwan Islam.
Sultan-sultan dari kerajaan Mali di Afrika barat yang beribukota di Timbuktu, ternyata juga melakukan perjalanan sendiri hingga ke benua Amerika. Sejarawan Chihab Addin Abul-Abbas Ahmad bin Fadhl Al Umari (1300 - 1384) memerinci eksplorasi geografi ini dengan seksama. Timbuktu yang kini dilupakan orang, dahulunya merupakan pusat peradaban, perpustakaan dan keilmuan yang maju di Afrika. Ekpedisi perjalanan darat dan laut banyak dilakukan orang menuju Timbuktu atau berawal dari Timbuktu. Sultan yang tercatat melanglang buana hingga ke benua baru saat itu adalah Sultan Abu Bakari I (1285 - 1312), saudara dari Sultan Mansa Kankan Musa (1312 - 1337), yang telah melakukan dua kali ekspedisi melintas Lautan Atlantik hingga ke Amerika dan bahkan menyusuri sungai Mississippi.
Sultan Abu Bakari I melakukan eksplorasi di Amerika tengah dan utara dengan menyusuri sungai Mississippi antara tahun 1309-1312. Para eksplorer ini berbahasa Arab. Dua abad kemudian, penemuan benua Amerika diabadikan dalam peta berwarna Piri Re'isi yang dibuat tahun 1513, dan dipersembahkan kepada raja Ottoman Sultan Selim I tahun 1517. Peta ini menunjukkan belahan bumi bagian barat, Amerika selatan dan bahkan benua Antartika, dengan penggambaran pesisiran Brasil secara cukup akurat.



Bicara tentang Cherokee tentu saja tidak bisa lepas dari Sequoyah (portait kiri atas). Seorang asli suku Cherokee yang menghidupkan kembali Syllabary suku mereka pada 1821. Syllabary adalah semacam aksara barangkali, bila kita mengenalnya dengan abjad A sampai Z maka suku Cherokee memiliki cara sendiri untuk aksara-nya. Yang membuatnya sangat luar biasa adalah ternyata aksara yang ditemukan kembali oleh Sequoyah mirip sekali dengan aksara Arab (lihat gambar kanan). Beberapa tulisan cherokee abad ke-7 yang ditemukan terpahat pada bebatuan di Nevada bahkan sangat mirip dengan tulisan “Muhammad” dalam bahasa Arab.


Bukti lainnya adalah, Columbus sendiri mengetahui bahwa orang-orang Carib (Karibia) adalah pengikut Nabi Muhammad. Dia faham bahwa orang-orang Islam telah berada di sana terutama orang-orang dari Pantai Barat Afrika. Mereka mendiami Karibia, Amerika Utara dan Selatan. Namun tidak seperti Columbus yang ingin menguasai dan memperbudak rakyat Amerika. Orang-Orang Islam datang untuk berdagang dan bahkan beberapa menikahi orang-orang pribumi. Lebih lanjut Columbus mengakui pada 21 Oktober 1492 dalam pelayarannya antara Gibara dan Pantai Kuba melihat sebuah masjid (berdiri di atas bukit dengan indahnya menurut sumber tulisan lain). Sampai saat ini sisa-sisa reruntuhan masjid telah ditemukan di Kuba, Mexico, Texas dan Nevada.

Dan tahukah anda? 2 orang nahkoda kapal yang dipimpin oleh Columbus kapten kapal Pinta dan Nina adalah orang-orang muslim yaitu dua bersaudara Martin Alonso Pinzon dan Vicente Yanex Pinzon yang masih keluarga dari Sultan Maroko Abuzayan Muhammad III (1362). [THACHER,JOHN BOYD: Christopher Columbus, New York 1950]

Dan mengapa hanya Columbus saja yang sampai saat ini dikenal sebagai penemu benua amerika? Karena saat terjadi pengusiran kaum yahudi dari spanyol sebanyak 300.000 orang yahudi oleh raja Ferdinand yang Kristen, kemudian orang-orang yahudi menggalang dana untuk pelayaran Columbus dan berita ‘penemuan benua Amerika’ dikirim pertama kali oleh Christopher Columbus kepada kawan-kawannya orang Yahudi di Spanyol. Pelayaran Columbus ini nampaknya haus publikasi dan diperlukan untuk menciptakan legenda sesuai dengan ‘pesan sponsor’ Yahudi sang penyandang dana. Kisah selanjutnya kita tahu bahwa media massa dan publikasi dikuasai oleh orang-orang Yahudi yang bahkan dibenci oleh orang-orang seperti Henry Ford si raja mobil Amerika itu. Maka tampak ada ketidak-jujuran dalam menuliskan fakta sejarah tentang penemuan benua Amerika. Penyelewengan sejarah oleh orang-orang Yahudi yang terjadi sejak pertama kali mereka bersama-sama orang Eropa menjejakkan kaki ke benua Amerika.

Dan tahukah anda? sebenarnya laksam ana Zheng He atau yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama laksamana Cheng Ho adalah penemu benua amerika pertama, sekitar 70 tahun sebelum Columbus.

Sekitar 70 tahun sebelum Columbus menancapkan benderanya di daratan Amerika, Laksamana Zheng He sudah lebih dulu datang ke sana. Para peserta seminar yang diselenggarakan oleh Royal Geographical Society di London beberapa waktu lalu dibuat terperangah. Adalah seorang ahli kapal selam dan sejarawan bernama Gavin Menzies dengan paparannya dan lantas mendapat perhatian besar.

Tampil penuh percaya diri, Menzies menjelaskan teorinya tentang pelayaran terkenal dari pelaut mahsyur asal Cina, Laksamana Zheng He (kita mengenalnya dengan Ceng Ho-red). Bersama bukti-bukti yang ditemukan dari catatan sejarah, dia lantas berkesimpulan bahwa pelaut serta navigator ulung dari masa dinasti Ming itu adalah penemu awal benua Amerika, dan bukannya Columbus.

Bahkan menurutnya, Zheng He 'mengalahkan' Columbus dengan rentang waktu sekitar 70 tahun. Apa yang dikemukakan Menzies tentu membuat kehebohan lantaran masyarakat dunia selama ini mengetahui bahwa Columbus-lah si penemu benua Amerika pada sekitar abad ke-15. Pernyataan Menzies ini dikuatkan dengan sejumlah bukti sejarah. Adalah sebuah peta buatan masa sebelum Columbus memulai ekspedisinya lengkap dengan gambar benua Amerika serta sebuah peta astronomi milik Zheng He yang dosodorkannya sebagai barang bukti itu. Menzies menjadi sangat yakin setelah meneliti akurasi benda-benda bersejarah itu.

''Laksana inilah yang semestinya dianugerahi gelar sebagai penemu pertama benua Amerika,'' ujarnya. Menzies melakukan kajian selama lebih dari 14 tahun. Ini termasuk penelitian peta-peta kuno, bukti artefak dan juga pengembangan dari teknologi astronomi modern seperti melalui program software Starry Night.

Dari bukti-bukti kunci yang bisa mengubah alur sejarah ini, Menzies mengatakan bahwa sebagian besar peta maupun tulisan navigasi Cina kuno bersumber pada masa pelayaran Laksamana Zheng He. Penjelajahannya hingga mencapai benua Amerika mengambil waktu antara tahun 1421 dan 1423. Sebelumnya armada kapal Zheng He berlayar menyusuri jalur selatan melewati Afrika dan sampai ke Amerika Selatan.

Uraian astronomi pelayaran Zheng He kira-kira menyebut, pada larut malam saat terlihat bintang selatan sekitar tanggal 18 Maret 1421, lokasi berada di ujung selatan Amerika Selatan. Hal tersebut kemudian direkonstruksi ulang menggunakan software Starry Night dengan membandingkan peta pelayaran Zheng He.

"Saya memprogram Starry Night hingga masa di tahun 1421 serta bagian dunia yang diperkirakan pernah dilayari ekspedisi tersebut," ungkap Menzies yang juga ahli navigasi dan mantan komandan kapal selam angkatan laut Inggris ini. Dari sini, dia akhirnya menemukan dua lokasi berbeda dari pelayaran ini berkat catatan astronomi (bintang) ekspedisi Zheng He.

Lantas terjadi pergerakan pada bintang-bintang ini, sesuai perputaran serta orientasi bumi di angkasa. Akibat perputaran bumi yang kurang sempurna membuat sumbu bumi seolah mengukir lingkaran di angkasa setiap 26 ribu tahun. Fenomena ini, yang disebut presisi, berarti tiap titik kutub membidik bintang berbeda selama waktu berjalan. Menzies menggunakan software untuk merekonstruksi posisi bintang-bintang seperti pada masa tahun 1421.

"Kita sudah memiliki peta bintang Cina kuno namun masih membutuhkan penanggalan petanya," kata Menzies. Saat sedang bingung memikirkan masalah ini, tiba-tiba ditemukanlah pemecahannya. "Dengan kemujuran luar biasa, salah satu dari tujuan yang mereka lalui, yakni antara Sumatra dan Dondra Head, Srilanka, mengarah ke barat."

Bagian dari pelayaran tersebut rupanya sangat dekat dengan garis katulistiwa di Samudera Hindia. Adapun Polaris, sang bintang utara, dan bintang selatan Canopus, yang dekat dengan lintang kutub selatan, tercantum dalam peta. "Dari situ, kita berhasil menentukan arah dan letak Polaris. Sehingga selanjutnya kita bisa memastikan masa dari peta itu yakni tahun 1421, plus dan minus 30 tahun."

Atas temuan tersebut, Phillip Sadler, pakar navigasi dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, mengatakan perkiraan dengan menggunakan peta kuno berdasarkan posisi bintang amatlah dimungkinkan. Dia juga sepakat bahwa estimasi waktu 30 tahun, seperti dalam pandangan Menzies, juga masuk akal.

Selama ini, masyarakat dunia mengetahui kiprah Zheng He sebagai penjelajah ulung. Dia terlahir di Kunyang, kota yang berada di sebelah barat daya Propinsi Yunan, pada tahun 1371. Keluarganya yang bernama Ma, adalah bagian dari warga minoritas Semur. Mereka berasal dari kawasan Asia Tengah serta menganut agama Islam. Ayah dan kakek Zheng He diketahui pernah mengadakan perjalanan haji ke Tanah Suci Makkah. Sementara Zheng He sendiri tumbuh besar dengan banyak mengadakan perjalanan ke sejumlah wilayah. Ia adalah Muslim yang taat.

Yunan adalah salah satu wilayah terakhir pertahanan bangsa Mongol, yang sudah ada jauh sebelum masa dinasti Ming. Pada saat pasukan Ming menguasai Yunan tahun 1382, Zheng He turut ditawan dan dibawa ke Nanjing. Ketika itu dia masih berusia 11 tahun. Zheng He pun dijadikan sebagai pelayan putra mahkota yang nantinya menjadi kaisar bernama Yong Le. Nah kaisar inilah yang memberi nama Zheng He hingga akhirnya dia menjadi salah satu panglima laut paling termashyur di dunia.

Kamis, Januari 29, 2009

FOTO-FOTO LOMBA AKSI IV MGMP PAI KAB.BEKASI














Sabtu, Januari 24, 2009

NASKAH AKADEMIK UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN)MATA PELAJARAN PENDIDKAN AGAMA ISLAM

1. Latar belakang

Pendidikan agama islam adalah pendidikan yang kompleks kerena menyentuh keseluruhan pendidikan. Pendidikan agama tidak saja menyampaikan materi pengetahuan agama kepada peserta didik tetapi juga harus membimbing mereka untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai syariat islam. Oleh karena itu, konsep pendidikan agama yang sesuai dengan kecendrungan-kecendrungan tersebut adalah system pendidikan yang holistic, komprehensif dan integral. Sudah saatnya untuk mengubah paradigma pendidikan agama yang diajarkan kepada peserta didik, yaitu mengedepankan nilai-nilai akhlaqul karimah sebagai perilaku dasar yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik bukan hanya dituntut untuk mengetahui dan menghafal, akan tetapi juga mampu mengimplementasikannya dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (mukhtar, 2003)
Pendidikan agama islam disekolah seharusnya memberikan warna bagi lulusan pendidikan, khususnya dalam merespon segala tuntutan perubahan yang ada di Indonesia. Hingga kini pendidikan agama islam dipandang sebagai acuan nilai-nilai keadilan dan kebenaran, tetapi dalam kenyataannya dipandang hanya sebagai pelengkap. Dengan demikian, terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Akibatnya, peranan serta efektifitas pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakatpun akan lebih baik.
Kenyataannya, seolah-olah pendidikan agama dianggap kurang memberikan kontribusi ke arah perbaikan kondisi masyarakat. Setelah ditelusuri, pendidikan agama menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan meteri yang begitu padat dan memang begitu penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh sengan tuntutan terhadap mata pelajaran lain.
Disamping itu juga kelemahan lain behwa materi pendidikan agama, termasuk bahan ajar akhlaq lebih terfocus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Ditambah lagi kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai-nilai pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih bervariatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan serta rendahnya peran serta orang tua siswa. Masalah inilah yang kemudian melahirkan berbagai tuntutan dilakukan perbaikan dan perhatian serius dan dapat memahami dan mempaktekannya dalam kehidupannya. Selain itu, juga perlu dilakukan kebijakan yang bisa ‘memaksa’ seluruh komponen pendidikan terlibat secara serius dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan agama islam. Tidak dilaksanakan hanya sekedar untuk memenuhi gugur kewajiban atas undang-undang dasar. Hal ini dilakukan agar amanat untuk melahirkan menusia yang beriman dan bertaqwa serta akhlaq mulia itu dapat diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itulah, menjadikan mata pelajaran pendidikan agama islam sebagai mata pelajaran yang diujikan dengan standar nasional dengan sebutan ujian sekolah berstandar nasional pendidikan agama islam (USBN PAI) pada akhir setiap jenjang sekolah dasar (sd), sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuran (SMA/SMK) merupakan langkah strategis dalam mewujudkan kehidupan masyrakat yang religius dan bermartabat.


b. Landasan filosofis
Ada tiga masalah utama yang melatarbelakangi perlunya mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) diujikan dengan standar nasional. Pertama, kesenjangan perundang-undangan dengan praktek atau pelaksanaan PAI disekolah; kedua isu –isu internasional pendidikan yang berpengaruh terhadap pelaksanaan PAI; dan ketiga, isu-isu nasional pendidikan yang tentunya juga berpengaruh terhadap pelaksanaan PAI.
Ketiga masalah dimaksud dapat dijelaskan secara terinci sebagai berikut :
1. Kesenjangan perundang-undangan dengan praktek PAI.
Persekolahan diindonesia, seharusnya kaya dengan agama. Dalam undang-undang no.20/2003 tentang system pendidikan nasional bab II pasal 3 disebutkan : pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlaq muli, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab(dimensi kebangsaan)
Tetapi dalam pelaksaannya belum sebaik dengan apa yang tertuang didalam perundang-undangan itu. Aspek religi dan nilai-nilai masih terpinggirkan. Unsure pendidikannya masih terlepas dari unsure pengajaran. Tapi dengan melihat jumlah jam mata pelajaran pendidikan agama islam dibanding dengan jumlah mata pelajaran lainnya terjadi kesenjangan yang cukup lebar. Jumlah jam mata pelajaran PAI hanyalah 2 jam (sekarang direncanakan menjadi 3jam) dari total jam pelajaran disd, smp, dan sma/smk. Tilaar (1999) menyebut pendidikan agama dalam kurikulum nasional kita hanya sebagai penggembira saja, sekedar tidak dikritik penndidikan sekuler dikalangan ulama.
Pratek pendidikan diindonesia sebenarnya tidak jauh berbeda di barat dimana manusia mengejar ilmu pengetahuan dengan asumsi bahwa ilmu itu bebas nilai (value Free). Prif. Jujun.s suriasumatri (1993) mengatakan bahwa tadinya ilmu pengetahuan hanya mempelajari alam apa adanya tanpa ada keterkaitan dengan nilai moral dan nilai-nilai luhur. Keberhasilan pendidikan seseorang hanya dilihat dari pencapaian akademis semata.
Prof.ahmad sanusi mengatakan bahwa pendidikan dewasa ini sedang berlangsung sangat dipengaruhi oleh logika positivme; yaitu logika yang hanya berorientsi pada keadaan dunia here and now, yaitu logika yang hanya berorientasi pada keadaan dunia here and now, yaitu ‘dunia yang ada sekarang’ yang dapat di’indera’ manusia. Pandangan ini mengakibatkan manusia menjadi sekuler dan hanya memikirkan masalah-masalah yang mempunyai keterkaitan dengan “nilai” luhur. Inilah awal dari”didewakannya kemampuan nalar atau IQ.
Prof.Numan Somantri, menyebutkan keadaan dimana manusia menjauhkan diri dari agama, adalah sebagai hasil dari pengaruh budaya Hellenisme, dimana akal mengalahkan agama (intellectus quaerrens fidem). Dikatakannya bahwa budaya hellenisme adalah budaya yang mendorong berkembangnya rasionalitas, individualitas, serta melepaskan diri dari agama dan teologi (sumantri, 2001:4). Padahal johar dan marshall (2000) menyatakan bahwa diskusi tentang intelegensia manusia tidak lengkap tanpa menyetakan apa mereka sebut spiritual intelligence SQ. dengan sq kita dapat menjawab masalah-masalah tentang makna dan nilai, dengan intelegensia ketiga ini kita dapat menempatkan tindak-tanduk dan hidup kita dalam konteks pemaknaan yang jauh lebih luas dan lebih kaya, dengan intelegensia ini pula kita bias menilai apakah suatu kejadian atau pengalaman hidup itu lebih berharga atau tidak dari lainnya. Sq adalah pondasi yang diperlukan bagi keefektifan kedua fungsi iq dan eq.
Jika mengacu keundang-undang system pendidikan nasional, pendidikan nasional kita seharusnya sarat dengan pembelajaran yang berdimensi religius dan moralitas. Untuk itu perlu dicari solusi bagaimanakah mendekatkan praktek pendidikan dengan perundang-undangan, jangan sampai praktek pendidikan itu menghianati amanat perundang-undangan.
Memang, cukup berat tugas dan tantangan pendidikan agama dan guru agama diindonesia. Islam diyakini sebagai sebuah agama yang memiliki ajaran lengkap ndan sempurna. Tetapi pendidikan formal kita tidak mungkin mampu menjelaskan kelengkapan dan kesempurnaan agama islam kerana jam pendidikan agama dalam kurikulum nasional sangat terbatas (SD, SMP, SMA/SMK hanya 2-3 jam perminggu). Bandingkan dengan di negeri berpenduduk muslin lainnya. Di Pakistan pendidikan agama dalam kurikulum SD-SMP mencapai 8 (delapan) jam perminggu dan di SMA ada 6 enam jam, ditambah lagi ilmu-ilmu sosial banyak digali dari ajaran agama dan pelajaran bahasa digunakan juga sebagai media pengajaran agama. Agama dalam kurikulum kita memang lebih sebagai pelengkap penderita.
Sekarang banyak sekolah (baca: sekolah-sekolah negeri, kerena sekolah islam sejak awal berdirinya telah memperkaya PAI) yang memperkaya PAI dan mengadakan gerakan budaya beragama (rekigious culture) disekolah. Ada beberapa sekolah, malah beberapa daerah otonom, yang secara berani menambah jumlah jam PAI menjadi 2 menjadi 4-6 jam perminggunya. Namun yang paling banyak adalah memperkaya PAI dengan cara memperbanyak eskul keagamaan, selain yang secara konvensional dan sudah mentradisi adalah dengan memperingati hari-hari besar islam dengan berbagai kegiatan keagamaan.
Tentu saja kegiatan-kegiatan keagamaan seperti itu disatu sisi cukup menggembirakan, kerena label sekolah sekuler dapat terhapuskan. Sivitas sekolah, khususnya para siswa, yang mencari dan bergairah belajar agama pun dapat terpuaskan. Tapi disisi lain, kegiatan-kegiatan ekstra demikian biasanya hanya diikuti oleh para siswa yang memang memiliki gairah beragama, tidak menyentuh mereka yang tidak memiliki gairah beragama. Berbeda dengan kegiatan semacam mata pelajaran PAI yang dapat melibatkan seluruh siswa; padahal kondisi umum keberagaman siswa kita biasa-biasa saja, tidak begitu banyak yang memiliki gairah beragama.

MAKALAH DISAJIKAN PADA SEMINAR REORIENTASI DAN REORGANISASI PAI
27 Des 2008
diambil dari NESSINDONESIA.COM

AKSI IV MGMP PAI KAB BEKASI

LOMBA
APRESIASI DAN KREASI SENI ISLAMI ( AKSI ) IV
MGMP PAI KAB BEKASI insya Allah akan dilasanakan :

HARI / TANGGAL : RABU, 1 SHAFFAR 1430 H/ 28 JANUARI 2009
TEMPAT : SMP NEGERI 1 SETU KAB BEKASI.
ACARA TERSEBUT MEMPEREBUTKAN PIALA BERGILIR
1. BUPATI BEKASI
2. KA. DINAS PENDIDIKAN KAB BEKASI
3. KA. KANDEPAG KAB BEKASI
DAN INSYA ALLAH AKAN DIBUKA LANGSUNG OLEH BUPATI BEKASI


TECHNICAL MEETING : SABTU, 24 JANUARI 2009
JAM . 09.00 S.D SELESAI

KETERANGAN LEBIH LANJUT HUB. PANITIA
ASEP SAEFULLAH : 08561169780
SAUT, S.Ag : 081316663436
TUTI ALAWIYAH,S.Ag : 08151645627
HJ.SOPIAH : 081310111596
EFFENDI TRI N : 02194759040
NURSID MUNADI : 081316664799

Kamis, Januari 22, 2009

BANGKITLAH WAHAI KAWAN...



MARS KEPANDUAN
By. Shoutul Harokah

Bangkitlah mujahid bangkitlah
Rapatkan barisan rapatkan
Ayunkanlah langkah perjuangan
Mati syahid atau hidup mulia

Siapkan dirimu siapkan
Gentarkan musuhmu gentarkan
Takkan pernah usai pertarungan
Hingga ajal kan menjelang

Enyahkan rasa takut dan gentar
Walau raga kan meregang nyawa
Karna Allah tlah janjikan surga

Senin, Januari 19, 2009

NASKAH AKADEMIK UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN)MATA PELAJARAN PENDIDKAN AGAMA ISLAM

NASKAH AKADEMIK UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN)MATA PELAJARAN PENDIDKAN AGAMA ISLAM
1. Latar belakang

Pendidikan agama islam adalah pendidikan yang kompleks kerena menyentuh keseluruhan pendidikan. Pendidikan agama tidak saja menyampaikan materi pengetahuan agama kepada peserta didik tetapi juga harus membimbing mereka untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai syariat islam. Oleh karena itu, konsep pendidikan agama yang sesuai dengan kecendrungan-kecendrungan tersebut adalah system pendidikan yang holistic, komprehensif dan integral. Sudah saatnya untuk mengubah paradigma pendidikan agama yang diajarkan kepada peserta didik, yaitu mengedepankan nilai-nilai akhlaqul karimah sebagai perilaku dasar yang dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik bukan hanya dituntut untuk mengetahui dan menghafal, akan tetapi juga mampu mengimplementasikannya dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (mukhtar, 2003)
Pendidikan agama islam disekolah seharusnya memberikan warna bagi lulusan pendidikan, khususnya dalam merespon segala tuntutan perubahan yang ada di Indonesia. Hingga kini pendidikan agama islam dipandang sebagai acuan nilai-nilai keadilan dan kebenaran, tetapi dalam kenyataannya dipandang hanya sebagai pelengkap. Dengan demikian, terjadi kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Akibatnya, peranan serta efektifitas pendidikan agama di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat dipertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakatpun akan lebih baik.
Kenyataannya, seolah-olah pendidikan agama dianggap kurang memberikan kontribusi ke arah perbaikan kondisi masyarakat. Setelah ditelusuri, pendidikan agama menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan meteri yang begitu padat dan memang begitu penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian yang berbeda jauh sengan tuntutan terhadap mata pelajaran lain.
Disamping itu juga kelemahan lain behwa materi pendidikan agama, termasuk bahan ajar akhlaq lebih terfocus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik). Ditambah lagi kurangnya keikutsertaan guru mata pelajaran lain dalam memberi motivasi kepada peserta didik untuk mempraktekan nilai-nilai pendidikan dalam kehidupan sehari-hari. Lalu lemahnya sumber daya guru dalam pengembangan pendekatan dan metode yang lebih bervariatif, minimnya berbagai sarana pelatihan dan pengembangan serta rendahnya peran serta orang tua siswa. Masalah inilah yang kemudian melahirkan berbagai tuntutan dilakukan perbaikan dan perhatian serius dan dapat memahami dan mempaktekannya dalam kehidupannya. Selain itu, juga perlu dilakukan kebijakan yang bisa ‘memaksa’ seluruh komponen pendidikan terlibat secara serius dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan agama islam. Tidak dilaksanakan hanya sekedar untuk memenuhi gugur kewajiban atas undang-undang dasar. Hal ini dilakukan agar amanat untuk melahirkan menusia yang beriman dan bertaqwa serta akhlaq mulia itu dapat diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itulah, menjadikan mata pelajaran pendidikan agama islam sebagai mata pelajaran yang diujikan dengan standar nasional dengan sebutan ujian sekolah berstandar nasional pendidikan agama islam (USBN PAI) pada akhir setiap jenjang sekolah dasar (sd), sekolah menengah atas/sekolah menengah kejuran (SMA/SMK) merupakan langkah strategis dalam mewujudkan kehidupan masyrakat yang religius dan bermartabat.


b. Landasan filosofis
Ada tiga masalah utama yang melatarbelakangi perlunya mata pelajaran pendidikan agama islam (PAI) diujikan dengan standar nasional. Pertama, kesenjangan perundang-undangan dengan praktek atau pelaksanaan PAI disekolah; kedua isu –isu internasional pendidikan yang berpengaruh terhadap pelaksanaan PAI; dan ketiga, isu-isu nasional pendidikan yang tentunya juga berpengaruh terhadap pelaksanaan PAI.
Ketiga masalah dimaksud dapat dijelaskan secara terinci sebagai berikut :
1. Kesenjangan perundang-undangan dengan praktek PAI.
Persekolahan diindonesia, seharusnya kaya dengan agama. Dalam undang-undang no.20/2003 tentang system pendidikan nasional bab II pasal 3 disebutkan : pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlaq muli, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab(dimensi kebangsaan)
Tetapi dalam pelaksaannya belum sebaik dengan apa yang tertuang didalam perundang-undangan itu. Aspek religi dan nilai-nilai masih terpinggirkan. Unsure pendidikannya masih terlepas dari unsure pengajaran. Tapi dengan melihat jumlah jam mata pelajaran pendidikan agama islam dibanding dengan jumlah mata pelajaran lainnya terjadi kesenjangan yang cukup lebar. Jumlah jam mata pelajaran PAI hanyalah 2 jam (sekarang direncanakan menjadi 3jam) dari total jam pelajaran disd, smp, dan sma/smk. Tilaar (1999) menyebut pendidikan agama dalam kurikulum nasional kita hanya sebagai penggembira saja, sekedar tidak dikritik penndidikan sekuler dikalangan ulama.
Pratek pendidikan diindonesia sebenarnya tidak jauh berbeda di barat dimana manusia mengejar ilmu pengetahuan dengan asumsi bahwa ilmu itu bebas nilai (value Free). Prif. Jujun.s suriasumatri (1993) mengatakan bahwa tadinya ilmu pengetahuan hanya mempelajari alam apa adanya tanpa ada keterkaitan dengan nilai moral dan nilai-nilai luhur. Keberhasilan pendidikan seseorang hanya dilihat dari pencapaian akademis semata.
Prof.ahmad sanusi mengatakan bahwa pendidikan dewasa ini sedang berlangsung sangat dipengaruhi oleh logika positivme; yaitu logika yang hanya berorientsi pada keadaan dunia here and now, yaitu logika yang hanya berorientasi pada keadaan dunia here and now, yaitu ‘dunia yang ada sekarang’ yang dapat di’indera’ manusia. Pandangan ini mengakibatkan manusia menjadi sekuler dan hanya memikirkan masalah-masalah yang mempunyai keterkaitan dengan “nilai” luhur. Inilah awal dari”didewakannya kemampuan nalar atau IQ.
Prof.Numan Somantri, menyebutkan keadaan dimana manusia menjauhkan diri dari agama, adalah sebagai hasil dari pengaruh budaya Hellenisme, dimana akal mengalahkan agama (intellectus quaerrens fidem). Dikatakannya bahwa budaya hellenisme adalah budaya yang mendorong berkembangnya rasionalitas, individualitas, serta melepaskan diri dari agama dan teologi (sumantri, 2001:4). Padahal johar dan marshall (2000) menyatakan bahwa diskusi tentang intelegensia manusia tidak lengkap tanpa menyetakan apa mereka sebut spiritual intelligence SQ. dengan sq kita dapat menjawab masalah-masalah tentang makna dan nilai, dengan intelegensia ketiga ini kita dapat menempatkan tindak-tanduk dan hidup kita dalam konteks pemaknaan yang jauh lebih luas dan lebih kaya, dengan intelegensia ini pula kita bias menilai apakah suatu kejadian atau pengalaman hidup itu lebih berharga atau tidak dari lainnya. Sq adalah pondasi yang diperlukan bagi keefektifan kedua fungsi iq dan eq.
Jika mengacu keundang-undang system pendidikan nasional, pendidikan nasional kita seharusnya sarat dengan pembelajaran yang berdimensi religius dan moralitas. Untuk itu perlu dicari solusi bagaimanakah mendekatkan praktek pendidikan dengan perundang-undangan, jangan sampai praktek pendidikan itu menghianati amanat perundang-undangan.
Memang, cukup berat tugas dan tantangan pendidikan agama dan guru agama diindonesia. Islam diyakini sebagai sebuah agama yang memiliki ajaran lengkap ndan sempurna. Tetapi pendidikan formal kita tidak mungkin mampu menjelaskan kelengkapan dan kesempurnaan agama islam kerana jam pendidikan agama dalam kurikulum nasional sangat terbatas (SD, SMP, SMA/SMK hanya 2-3 jam perminggu). Bandingkan dengan di negeri berpenduduk muslin lainnya. Di Pakistan pendidikan agama dalam kurikulum SD-SMP mencapai 8 (delapan) jam perminggu dan di SMA ada 6 enam jam, ditambah lagi ilmu-ilmu sosial banyak digali dari ajaran agama dan pelajaran bahasa digunakan juga sebagai media pengajaran agama. Agama dalam kurikulum kita memang lebih sebagai pelengkap penderita.
Sekarang banyak sekolah (baca: sekolah-sekolah negeri, kerena sekolah islam sejak awal berdirinya telah memperkaya PAI) yang memperkaya PAI dan mengadakan gerakan budaya beragama (rekigious culture) disekolah. Ada beberapa sekolah, malah beberapa daerah otonom, yang secara berani menambah jumlah jam PAI menjadi 2 menjadi 4-6 jam perminggunya. Namun yang paling banyak adalah memperkaya PAI dengan cara memperbanyak eskul keagamaan, selain yang secara konvensional dan sudah mentradisi adalah dengan memperingati hari-hari besar islam dengan berbagai kegiatan keagamaan.
Tentu saja kegiatan-kegiatan keagamaan seperti itu disatu sisi cukup menggembirakan, kerena label sekolah sekuler dapat terhapuskan. Sivitas sekolah, khususnya para siswa, yang mencari dan bergairah belajar agama pun dapat terpuaskan. Tapi disisi lain, kegiatan-kegiatan ekstra demikian biasanya hanya diikuti oleh para siswa yang memang memiliki gairah beragama, tidak menyentuh mereka yang tidak memiliki gairah beragama. Berbeda dengan kegiatan semacam mata pelajaran PAI yang dapat melibatkan seluruh siswa; padahal kondisi umum keberagaman siswa kita biasa-biasa saja, tidak begitu banyak yang memiliki gairah beragama.