Pages

MARHABAN

Minggu, November 23, 2008

Pendidikan Agama Dasar Pembentukan Pribadi Anak

Pendidikan Agama Dasar Pembentukan Pribadi Anak


Dalam suatu pendidikanjangan hanya dituangkan pengetahuan semata-mata kepada anak didik, tetapi harus juga diperfiatikan pembinaan moral, sikap dan tingkah laku. Oleh karena itu, dalam setiap pendidikan pengetahuan harus ada pendidikan moral dan pembinaan kepribadian yang sehat. Dasar dan tujuan pendidikan moral biasanya ditentukan oleh pandangan hidup dari lembaga pendidikan itu sendiri, sertajuga harus sesuai dengan dasar dan tujuan negara.


Kalau negara itu berdasarkan Demokrasi, maka pendidikan yang dilakukan terhadap anak-anakjuga bertujuan membinajiwa demokrasi. Begitu juga halnya kalau negara itu berdasarkan Otokratis, Ketuhanan.
Karena negara kita berdasarkan Pancasila, maka pendidikan harus bertujuan mempersiapkan anak didik untuk dapat menerima Pancasila dan menjadikan Pancasila sebagai dasar hidupnya. Untuk itu, pendidikan di sekolah harus ditujukan pada anak didik kesadaran-kesadaran sebagai berikut. a. Kepercayaan dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Sikap dan tindakan harus sopan-santun dan berkeprimanusiaan; c. Rasa cinta terhadap bangsa dan Tanah Air; d. Menumbuhkanjiwa Demokratis; dan e. Rasa keadilan, kejujuran, kebenaran dan menolong orang lain. Arah dan tujuan pendidikan ini hanya dapat dicapai kalau pendidikan itu mencakup pendidikan agama.

Pentingnya Pendidikan Agama

Rumah-tangga atau keluarga adalah tempat yang pertama dan utama bagi anak untuk memperoleh pembinaan mental dan pembentukan kepribadian, yang kemudian ditambah dan disempurnakan oleh sekolah.

Demikian pula halnya pendidikan agama, harus dilakukan oleh orang membiasakannya pada tingkah-laku dan akhlak yang diajarkan oleh agama. ada masa ini anak belum mengerti tentang akhlak-akhlak yang baik, seperti kejujuran dan keadilan (terlalu abstrak), Untuk merealisasikannya, orang yang relevan dengan hal tersebut, agar anak dapat meniru dengan baik. Untuk itu, orangtua harus memberikan perlakuan yang adil serta dibiasakan pula untuk berbuat adil sehingga rasa keadilan dapat tertanam dalam jiwanya, juga dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial lainnya yang menjadi dasar untuk pembinaan mental dan kepribadian anak itu sendiri.

Kalau pendidikan agama tidak diberikan kepada anak sejak kecil, maka akan berakibat hal-hal sebagai berikut. a. Tidak terdapat unsur agama dalam kepribadiannya sehingga sukar baginya untuk menerima ajaran itu kalau ia telah dewasa; dan b. Mudah melakukan segala sesuatu menurut dorongan dan keinginan jiwanya tanpa memperhatikan hukum-hukum atau norma-norma yang berlaku.

Sebaliknya kalau dalam kepribadian seseorang terdapat nilai-nilai dan unsur-unsur agama, maka segala keinginan dan kebutuhan dapat dipenuhi dengan cara yang wajar dan tidak melanggar hukum-hukum agama.

Sesuai dengan dasar negara kita Pancasila, dengan sila pertamanya ke-Tuhanan Yang Maha Esa, maka kepribadian warga negara berisi kepercayaan yang menjadi bagian dari kepribadian tidak hanya dapat diucapkan secara lisan saja, tetapi harus disertai dengan perbuatan. Hal ini hanya mungkin melalui pendidikan agama, karena kepercayaan bahwa Tuhan itu ada harus disertai dengan kepercayaan kepada ajaran, hukum, dan peraturan-peraturan yang ditentukan oleh Tuhan. Dengan demikian jelaslah bahwa semua itu menjadi dasar dalam pembinaan mental dan pembentukan kepribadian yang akan mengatur sikap, tingkahlaku dan cara menghadapi segala problem dalam hidup.

Mengingat pentingnya pendidikan agama bagi pembinaan mental dan akhlak anak-anak, dan karena banyak orangtua yang tidak mengerti agama, maka pendidikan agama harus dilanjutkan di sekolah.

Pendidikan Agama di Sekolah

Pendidikan agama di sekolah bertujuan untuk membina dan menyempumakan pertumbuhan dan kepribadian anak didik. Pendidikan agama di sekolah meliputi dua aspek penting: 1. Aspek' pembentukan kepribadian (yang ditujukan kepada jiwa). Tugas guru dalam hal ini adalah: a. Menyadarkan anak didik tentang adanya Tuhan dan membiasakan anak didik untuk melakukan perintah-perintah Tuhan serta meninggalkan larangan-larangannya; b. Melatih anak didik untuk melakukan ibadah dengan praktek-praktek agama, sehingga membawa dekatnya jiwa anak kepada Tuhan; dan c. Membiasakan anak didik untuk mengatur sopan-santun dan tingkah-laku yang sesuai dengan ajaran akhlak. Sifat ini harus ditanamkan melalui praktek dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: kasih sayang sesama kawan, tabah, benar, adil, dan lain-lain. 2. Pengajaran agama(ditujukan kepada pikiran). Isi dari ajaran agama harus diketahui betul-betui, agar kepercayaan kepada Tuhan menjadi sempurna. Maka tugas dari guru agama adalah menunjukkan apa yang disuruh, apa yang dilarang, apa yang boleh, apa yang dianjurkan melakukan, dan apa yang dianjurkan meninggalkan sesuai dengan ajaran agama.

Dengan melihat kedua aspek di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama tidak boleh lepas dari pengajaran agama, artinya, pengetahuan dan pemahaman hukum-hukum, norma-norma, kewajiban-kewajiban, syarat-syarat harus dilakukan dan diindahkan. Pendidikan agama memberikan nilai-nilai yang dapat dimiliki dan diamalkan oleh anak didik, supaya semua perbuatan dalam hidupnya mempunyai nilai agama dan tidak keluar dari moral agama.

Metode Pendidikan Agama

Dalam memberikan pendidikan dan pengajaran agama harus disesuaikan dengan perkembangan psikologis anak didik. Seorang guru agama, selain mempunyai pengetahuan agama, dituntut pula dapat menguasai masalah didaktis metodis dan psikologis, sertajiwanya benar-benarjiwa agama. Oleh karena itu, seorang guru agama harus diberi dasar-dasar pengetahuan yang kuat sehingga dapat membedakan tingkat-tingkat perkembangan anak didik. Hal ini sangat penting, karena dengan mengetahui tingkat-tingkat perkembangan anak didik, seorang guru agama dengan mudah menentukan/memilih cara memberikan pengajaran agama yang baik dengan tingkatan-tingkatan sekolah.

Dengan memperhatikan tingkat-tingkat perkembangan dan tingkat-tingkat sekolah, maka pengajaranagama dapat diberikan dengan cara sebagai berikut.

Taman Kanak-Kanak Anak-anak seusia Taman Kanak-kanak mempunyai ciri-ciri Perkembangan pikiran sangat terbatas; Perbendaharaan kata sangat kurang; Hubungan sosialnya hanya dalam lingkungan keluarga; dan peka terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya. Dengan melihat ciri- ciri tersebut, pendidikan agama diberikan dengan cara menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang sederhana, misalnya: membaca doa (Bismillah), tanda salib, atau dengan cara agama masing-masing, sewaktu memnlai sesuatu pekerjaan, seperti makan, minum, dan lain-lain.

Sekolah Dasar. Ciri-ciri pada anak-anak usia Sekolah Dasar (SD): Suka berkhayal; senang mendengar cerita-cerita; dan perbendaharaan kata-katanya cukup banyak. Pendidikan agama, di samping menanamkan kebiasaan yang baik, dapat pula dilaksanakan dengan cara: Memberikan cerita-cerita yang baik dan berhubungan dengan agama; Dididik dan diajarkan untuk melakukan ibadah yang ringan misalnya; sembahyang dan berdoa; dan dapat memberikan pengetahuan agama secara sederhana.

Sekolah Menengah. Anak-anak usia sekolah menengah memiliki ciri-ciri: Pertumbuhan fisik yang cepat, menyusul pertumbuhan pikiran, perasaan dan sosial; Mengalami perasaan-perasaan sesuai dengan pertumbuhan biologis dalam masa puber yang dapat mempengaruhi jiwanya; dan Matangnya kecerdasan dan berkembangnya kecenderungan ilmiah. Untuk itu, pendidikan agama yang diberikan harus menyinggung hal-hal tersebut dan menerangkan hukum-hukum, serta batas-batas yang diberikan oleh agama. Di samping itu, pengajaran agama dapat membukakan pikiran dan mempelajari hukum-hukum agama.

Universitas. Sifat-sifat pengajaran agama yang diberikan di universitas/perguruan tinggi; adalah Lebih bersifat ilmiah; Mencari kebenaran akan adanya Tuhan, dan membuktikannya dengan pendekatan ilmiah; dan Membahas hukum-hukum, peraturan-peraturan, dan masalah-masalah yang berkaitan dengan agama.

Dengan melihat ketiga akibat di atas, maka pendidikan agama di perguruan tinggi harus disesuaikan dengan Fakultas, Jurusan, dan bidang-bidang pengetahuan yang dialami oleh mahasiswa dan memenuhi kebutuhan mahasiswa akan mengolah ajaran-ajaran agama secara logis dan filisofis".

duniaguru.com

0 komentar: