Pages

MARHABAN

Kamis, Januari 28, 2010

INILAH PARA JAWARA AKSI V

REKAPITULASI JUARA
LOMBA APRESIASI & KREASI SENI ISLAM
AKSI V MGMP PAI SMP KAB. BEKASI
TINGKAT SMP KABUPATEN BEKASI

1. LOMBA MTQ (PUTRA)

1. SMPN 1 ATAP TAMBUN UTARA
2. SMP YASPIA CIBARUSAH
3. SMPN 1 CIKARANG BARAT
SMPN 1 CIKARANG UTARA
SMPN 1 TARUMA JAYA
SMPN 3 CIBARUSAH

2. LOMBA MTQ (PUTRI)

1. SMP YASPIA CIBARUSAH
2. SMPN 1 CIKARANG BARAT
3. SMPN 1 CIBARUSAH
SMPN 1 CIKARANG TIMUR
SMPN 1 SUKATANI
SMPN 1 TAMBELANG

3. LOMBA MHQ

1. SMPN 1 CIBARUSAH
2. SMPN 9 TAMBUN SELATAN
3. SMPN 1 TAMBUN UTARA
SMP AL-MUSLIM
SMP IT AL-ICHWAN
SMPN 12 TAMBUN SELATAN

4. LOMBA KALIGRAFI

1. SMPN 3 BABELAN
2. SMPN 3 BABELAN
3. SMPN 2 CIBITUNG
SMPN 4 TAMBUN SELATAN
SMPN 1 SETU
SMPN 2 TAMBUN UTARA

5. LOMBA PIDATO (PUTRA)

1. SMPN 1 CIKARANG UTARA
2. SMP YASPIA
3. SMPN 2 CIBARUSAH
SMPN 2 PEBAYURAN
SMPN 2 CIKARANG UTARA
SMPN 1 CIKARANG SELATAN


6. LOMBA PIDATO (PUTRI)

1. SMPN 1 CIKARANG TIMUR
2. SMPN 1 SETU
3. SMPN 5 TAMBUN SELATAN
SMPN 6 TAMBUN SELATAN
SMPN 1 CIKARANG PUSAT
SMPN 2 CIKARANG TIMUR

7. LOMBA NASYID

1. SMPN 2 CIKARANG BARAT
2. SMPN 1 TAMBUN UTARA
3. SMP PUTRA DARMA ISLAMIC SCHOOL
SMPN 4 TAMBUN SELATAN
SMPN 1 CIKARANG UTARA
SMPN 2 TAMBUN SELATAN

8. LOMBA MARAWIS

1. SMPN 2 TAMBUN UTARA
2. SMP YASPIA CIBARUSAH
3. SMPN 1 KEDUNG WARINGIN
SMPN 1 BABELAN
SMPN 2 PEBAYURAN
SMPN 1 ATAP TAMBUN UTARA

9. LOMBA QASIDAH

1. SMPN 2 PEBAYURAN
2. SMPN 2 CIKARANG SELATAN
3. SMPN 1 SETU
SMPN 1 CIKARANG BARAT
SMPN 3 CIKARANG BARAT
SMPN 1 TAMBELANG

10. LOMBA CCI

1. SMP YASPIA CIBARUSAH
2. SMPN 4 CIKARANG UTARA
3. SMPN 2 CIBITUNG
SMPN 1 SETU
SMPN 1 TAMBUN UTARA
SMPN 3 TAMBUN UTARA

TERIMA KASIH BUPATIKU.


Alhamdulillah, MGMP PAI SMP KAB.BEKASI telah melaksanakan Lomba Apresiasi dan Kreasi Seni Islami yang ke-5 di SMPN 5 tambun Selatan. Pada Kesempatan AKSI kali ini, kami kedatangan orang no. 1 di Kabupaten Bekasi, Dr.H.Sa'duddin, MM. Walaupun beliau sedang dalam keadaan tidak fit, setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit,tapi beliau masih menyempatkan diri untuk dapat hadir melihat putra-putri Kab. Bekasi berlomba.Subhanallah...betapa senangnya hati para hadirin, terutama panitia dan pengurus MGMP PAI SMP pada waktu itu.walaupun menunggu agak lama kedatangan Bapak Bupati,AKHIRNYA DATANG JUGA. TERIMA KASIH BUPATIKU, KEDATANGANMU MEMBERI SEMANGAT KEPADA KAMI DALAM MELAKSANAKAN AKSI-AKSI BERIKUTNYA DI TAHUN YANG AKAN DATANG.

Jumat, Januari 22, 2010

Ratusan Ribu Guru Terganjal Sertifikasi

SEMARANG - Ratusan ribu pendidik dan tenaga kependidikan diperkirakan bakal terganjal sertifikasi. Sebab, berdasar data Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) tahun 2009,

masih ada 386.640 atau 11% tenaga pendidikan dan tenaga kependidikan di seluruh Indonesia belum mendapat nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).

"Jika itu dipaksakan, ratusan ribu guru akan terganjal hanya gara-gara belum mendapat NUPTK," kata Direktur Centre for Education Studies (CES) Jawa Tengah, Hery Nugroho, menanggapi persyaratan sertifikasi guru tahun ini yang diperketat.

Dia menyatakan tak arif memberlakukan persyaratan itu tahun ini. Apalagi guru belum mendapat NUPTK karena kelambanan penanganan Depdiknas. Revisi tahun 2009 oleh dinas pendidikan kota/kabupaten pun sampai sekarang belum keluar.

"Lebih baik benahi dahulu sistem pembuatan NUPTK di pusat.
Jika NUPTK beres, barulah syarat itu dapat diterapkan," tutur dia.
Dia juga menilai sertifikasi sebelumnya belum memberikan peluang pada guru berprestasi. Seharusnya mulai sekarang guru berprestasi diprioritaskan. "Itu sekaligus menjawab keluhan masyarakat bahwa kualitas guru bersertifikasi biasa-biasa saja," kata dia.

Dia mengemukakan Dinas Pendidikan dan Departemen Agama sering mengartikan seleksi peserta sertifikasi melalui jalur prestasi secara sempit.

Guru berprestasi diartikan juara lomba guru berprestasi. Itu seharusnya direvisi. "Guru juara lomba sejauh masih berhubungan dengan pendidikan semestinya masuk kriteria berprestasi dan dapat mengikuti uji sertifikasi," katanya.

Mengingat pelaksanaan sertifikasi guru bulan April, ujar dia, seharusnya dinas pendidikan dan Departemen Agama sudah mengumumkan peserta paling lambat awal Maret. Sebab, sampai sekarang banyak guru bertanya-tanya kapan dapat mengikuti sertifikasi.

Jika sudah diumumkan secara terbuka, guru yang mengikuti sertifikasi bisa segera menyiapkan diri. "Dengan waktu lebih panjang otomatis persiapan pun lebih matang."

Tak Berubah, Kinerja Guru Bersertifikat

SEMARANG - Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Alumni IKIP PGRI Semarang, Mukhlis MPd. menyatakan guru yang lolos sertifikasi sudah banyak.

Namun disinyalir itu kualitas kerja atau kinerja mereka tak meningkat. Karena itu, dia berharap pemerintah membina terus-menerus seraya tak menyudutkan guru bersertifikasi.

Dia mengemukakan kondisi itu bisa dimaklumi. Sebab, mereka baru saja bangkit dari kubangan kezaliman. Dulu, mereka digaji secara tidak layak. Namun sekarang sudah mendekati standar kelayakan hidup.

Wujud perhatian pemerintah, kata dia, bisa berupa penyediaan dana APBN/APBD untuk pendidikan dan latihan bagi guru bersertifikasi. Yang tak kalah penting, tersedia prasarana dan sarana agar guru gemar membaca. Karena sekarang minat membaca guru sangat rendah sehingga memengaruhi kinerja mereka.

Dia menuturkan kuota nasional guru yang bisa mengikuti sertifikasi tahun 2006-2010 ada 840.450 orang.

Angka itu ditambah yang lolos pendidikan profesi guru (PPG) tahun 2008 sebanyak 664 orang. Secara nasional sampai tahun 2008, ada 354.281 guru sudah bersertifikasi pendidik. Namun aneh, lulusan pendidikan latihan profesi guru (PLPG) justru lebih banyak.

Menurut catatan dia, tahun 2008 yang lulus portofolio 76.976 guru. Adapun lulus PLPG 94.599 guru. "Penyebabnya, kualitas guru masih rendah serta minat baca dan penelitian mereka pun rendah. Padahal, jika mereka melakukan dua hal itu dengan baik, jelas berpengaruh."

Akibatnya, anggaran sertifikai guru untuk PLPG membengkak. Padahal anggaran itu semestinya bisa untuk menambah kuota sertifikasi antara 250.000 dan 300.000 guru. Sebelumnya setiap tahun hanya 200.000 guru.

Bimbel Jelang UN Konsep Keliru

BANDUNG-Kegiatan atau program pemantapan dan bimbingan belajar (bimbel) yang marak diadakan beberapa bulan menjelang Ujian Nasional (UN) dinilai sebagai konsep yang keliru dan berbahaya jika dilanjut.

"Bimbel dan latihan-latihan di sekolah tiga bulan menjelang UN menggambarkan anak tidak lagi dalam konsep pendidikan, tapi dalam proses belajar untuk ujian dan merupakan gejala yang tidak baik," kata pakar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Prof Said Hamid Hasan.

Menurut dia, proses pendidikan semacam itu sangat berbahaya jika diteruskan. Jika pemerintah mau melakukan UN, seharusnya tidak ditujukan untuk menentukan kelulusan, tapi mungkin untuk memperbaiki kondisi sekolah.

Menjelang UN yang dimajukan menjadi bulan Maret mendatang, sekolah-sekolah, baik SMP maupun SMA, mengadakan program pemantapan untuk para siswa kelas IX dan XII. Selain itu, para siswa peserta UN beramai-ramai mengikuti bimbel.
Tekanan Said berpendapat, sebenarnya konsep pemantapan dalam pendidikan perlu dilakukan tetapi bukan dalam bentuk seperti yang terjadi sekarang ini. Pemantapan seharusnya diadakan untuk mereka yang nilai ulangannya kurang.

"Remedial dan pemantapan sebenarnya bagi mereka yang belum menguasai materi, sehingga diharapkan dengan pemantapan anak-anak betul-betul menguasai apa yang harus dia kuasai melalui proses pendidikan yang wajar," kata Said.

Dia menambahkan, adanya tekanan dari orang tua, para pemimpin seperti wali kota dan lainnnya yang menginginkan lulus seratus persen membuat berbagai pihak melakukan segala cara, di antaranya melalui pemantapan dan bimbel.

Menurut Said, dampaknya bisa sangat berbahaya tapi karena hal itu berkaitan dengan pendidikan maka tidak mudah disadari. Akibatnya, ada mental yang berkembang pada diri anak, yaitu mencari jalan pintas.

"Pokoknya, menurut siswa, yang penting saya kuat di pemantapan dan bimbingan ini lalu saya lulus. Mental ini yang sedang terbentuk melalui maraknya bimbingan belajar dan segala persiapan menjelang ujian," kata Said.

Selasa, Januari 19, 2010

NUPTK KAB. BEKASI

NUPTK adalah Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan.Nomor ini harus dimiliki oleh setiap Pendidik dan Tenaga Kependidikan.untuk Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang belum memiliki NUPTK dan untuk mengetahui informasi lebih lanjut silahkan kunjungi www.nuptk.info
Bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang ada di Kabupaten Bekasi silahkan download link tersebut.
Downloadhttp://www.ziddu.com/download/8230771/D_02_JAWABARAT_KAB.BEKASI.XLS.html

Jumat, Januari 15, 2010

GERHANA MATAHARI CINCIN 15 JANUARI 2010

GERHANA MATAHARI CINCIN 15 JANUARI 2010

Pada tanggal 15 Januari 2010 akan kembali terjadi Gerhana Matahari Cincin (GMC) dengan jalur Cincin melewati Chad, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo bagian Utara, Uganda, Kenya, So­malia bagian Selatan, Samudra Hindia, India bagian Selatan, Srilangka bagian Utara, Myanmar, dan Cina. Dari wilayah Indonesia bagian Barat, yaitu pulau Sumatra dan sekitarnya, Kalimantan, Jawa kecuali bagian Timur, Sulawesi bagian Barat Laut, gerhana ini akan teramati berupa Gerhana Matahari Sebagian (GMS) pada siang menjelang sore hari. Hati-hati, jangan menatap Matahari secara langsung tanpa penapis cahayanya, karena sangat membahayakan mata!


Gerhana Matahari adalah peristiwa tertutupinya piringan Matahari oleh piringan Bulan dan teramati dari permukaan Bumi. Gerhana Matahari ini selalu terjadi pada saat fase bulan baru. Namun, tidak setiap bulan baru terjadi gerhana Matahari karena bidang orbit Bulan mengelilingi Bumi tidak berimpit dengan bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari (disebut ekliptika), tetapi membentuk sudut sekitar 5,2o. Hanya pada saat fase bulan baru dan posisi Bulan di sekitar perpotongan orbit Bulan dan ekliptikalah, gerhana Matahari ini akan terjadi.

Gerhana Matahari ini sendiri secara umum dibagi menjadi empat jenis gerhana, yaitu Gerhana Matahari Cincin (GMC), Gerhana Matahari Total (GMT), Gerhana Matahari Hybrid (GMH), dan Gerhana Matahari Sebagian (GMS). Pembagian ini bergantung pada jarak Bumi-Bulan, jarak Bumi-Matahari, dan lokasi pengamat di permukaan Bumi saat gerhana terjadi. Jarak Bumi-Matahari sendiri bervariasi antara 1,471 x 108 km, yang terjadi pada sekitar 3 Januari, dan 1,521 x 108 km, yang terjadi pada sekitar 6 Juli. Karena diameter Matahari 1,392 x 106 km, maka diameter sudut Matahari (diameter Matahari yang tampak dari Bumi) ini bervariasi antara 32,531 menit busur dan 31,462 menit busur. Adapun jarak Bumi-Bulan yang bervariasi antara 3,566 x 105 km dan 4,064 x 105 km menyebabkan diameter sudutnya bervariasi antara 33,468 menit busur dan 29,392 menit busur, mengingat diameter Bulan adalah 3,475 x 103 km.

Sebagaimana terlihat, meskipun jarak Bumi-Matahari sekitar 400 kali lebih jauh dari pada jarak Bumi-Bulan, namun karena diameter Matahari 400 kali diameter Bulan, maka diameter sudut Matahari dan Bulan tidak jauh berbeda. Variasi diameter sudut kedua benda langit inilah yang menentukan apakah suatu gerhana termasuk GMC, GMT atau GMH. Jika diameter sudut Matahari lebih besar daripada diameter sudut Bulan, maka gerhananya termasuk GMC. Adapun jika diameter sudut Matahari lebih kecil daripada diameter sudut Bulan, maka GMT-lah yang terjadi. Ketika diameter sudut Matahari hampir sama dengan diameter sudut Bulan, saat itulah terjadi GMH. Selain faktor diameter sudut tersebut, fakta lokasi pengamat juga sangat menentukan tampakan gerhana yang terjadi. Ketiga macam gerhana tersebut terjadi saat pengamat di suatu lokasi tertentu piringan Bulan terlihat tepat menutupi piringan Matahari. Jika yang teramati adalah piringan Bulan tidak tepat menutupi piringan Matahari, maka GMS-lah yang terjadi. Ketertutupan piringan Matahari oleh piringan Bulan tersebut dapat dinyatakan dalam satuan persentase dan disebut dengan magnitudo gerhana.

Pada tanggal 15 Januari 2010 nanti, Bulan berada pada fase bulan baru dan posisinya di sekitar perpotongan orbit Bulan dan ekliptika. Karena itulah pada hari tersebut akan terjadi gerhana. Pada saat tersebut, jarak Bumi-Matahari adalah 1,472 x 108 km, sehingga diameter sudutnya adalah 32,508 menit busur. Adapun jarak Bumi-Bulan saat tersebut adalah 4,054 x 105 km, sehingga diameter sudut Bulan adalah 29,467 menit busur. Karena diameter sudut Matahari saat itu lebih besar daripada diameter sudut Bulan, maka jenis gerhana yang terjadi adalah GMC. Jalur cincin gerhana ini akan melewati Chad, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo bagian Utara, Uganda, Kenya, So­malia bagian Selatan, Samudra Hindia, India bagian Selatan, Srilangka bagian Utara, Myanmar, dan Cina, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 1 di bawah ini. Pada Gambar 1 tersebut, daerah yang terlintasi gerhana dilingkupi dengan garis yang berwarna merah. Daerah yang ditandai dengan garis merah ganda adalah daerah yang akan mengalami GMC.

Gambar 1. Peta Lintasan Gerhana Matahari Cincin 15 Januari 2010

Adapun untuk pengamat di Indonesia, karena yang teramati adalah piringan Bulan tidak tepat menutupi piringan Matahari, GMS-lah yang akan terjadi. Dari seluruh wilayah Indonesia, hanya pengamat di pulau Sumatra dan sekitarnya, Kalimantan, Jawa kecuali bagian Timur, dan Sulawesi bagian Barat Laut yang bisa mengamati GMS ini. Magnitudo gerhana yang teramati pun bervariasi, yaitu antara 0,00 % di kota Surabaya, Jawa Timur sampai dengan 57,00 % di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2 berikut ini.


Gambar 2. Peta lintasan Gerhana Matahari Sebagian di Indonesia dan magnitudo gerhananya.

Waktu terjadinya gerhana pun bergantung pada lokasi pengamat. Sebagai contoh adalah untuk lokasi pengamat di Banda Aceh, NAD. Di kota ini gerhana akan dimulai pada pukul 13:39:35 WIB, ketika piringan Bulan mulai menutupi piringan Matahari. Puncak gerhananya akan terjadi pada pukul 15:20:31 WIB, yaitu ketika persentase ketertutupan piringan Matahari oleh piringan Bulan mencapai puncaknya (57,00 %). Gerhana pun berakhir pada pukul 16:44:28 WIB ketika piringan Bulan tidak lagi menutupi piringan Matahari. Data lengkap gerhana untuk kota-kota lain di Indonesia bisa dilihat pada Tabel 1 di bawah.

Matahari


Tabel 1. Keteramatan Gerhana Matahari Cincin 15 Januari 2010 dari beberapa kota di Indonesia

Jika Anda berminat untuk mengamati gerhana Matahari ini, jangan menatap Matahari secara langsung karena sangat membahayakan mata! Bahkan bisa menyebabkan kebutaan permanen. Karena itu, gunakanlah alat bantu penapis cahaya Matahari, misalnya kacamata khusus gerhana. Selain itu bisa juga menggunakan kamera Pinhole. Jika Anda akan menggunakan teleskop, gunakanlah filter penapis cahaya Matahari untuk dipasang pada teleskop Anda. Selamat menyaksikan Gerhana Matahari Cincin 15 Januari 2010. r^_^n


sumber.www.bmg.go.id

Kamis, Januari 14, 2010

Konsep Dasar Manajemen Peran Serta Masyarakat

Konsep Dasar Manajemen Peran Serta Masyarakat

ManajerialSekolah sebagai institusi tidak dapat lepas dari masyarakat di lingkungan sekolah tersebut berada. Untuk memahami apa dan untuk apa program hubungan sekolah dan masyarakat perlu diaplikasikan secara intensif dalam pengelolaan pendidikan, berikut ini akan diuraikan beberapa hal pokok: pengertian, tujuan, dan prinsip hubungan sekolah dengan masyarakat.

1. Pengertian

Secara umum orang dapat mengatakan apabila terjadi kontak, pertemuan dan lain-lain antara sekolah dengan orang di luar sekolah, adalah kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat. Apakah ini yang dimaksud dengan hubungan sekolah dengan masyarakat, tentunya yang dimaksudkan dalam uraian di sini tidak sesederhana pengertian tersebut. Arthur B. Mochlan menyatakan school public relation adalah kegiatan yang dilakukan sekolah atau sekolah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Apa sebenarnya kebutuhan masyarakat terhadap sekolah itu? Masyarakat (lebih khusus lagi orang tua murid) mengirimkan anak-anaknya ke sekolah agar mereka dapat menjadi manusia dewasa yang bermanfaat bagi kehidupannya dan bagi masyarakat secara umum. Secara praktis sering kita dengar para orang tua menginginkan anaknya dapat berprestasi di sekolah Ini berarti kebutuhan masyarakat terhadap sekolah adalah penyelenggaraan dan pelayanan proses belajar mengajar yang berkualitas dengan out put yang berkualitas pula. Dengan tuntutan yang demikian akan menjadi beban bagi sekolah, dengan segala keterbatasan yang dimilikinya (tenaga, biaya, waktu dan sebagainya).

Pengertian di atas memberikan isyarat kepada kita bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat lebih banyak menekankan pada pemenuhan akan kebutuhan masyarakat yang terkait dengan sekolah. Di sisi lain pengertian tersebut di atas menggambarkan bahwa pelaksanaan hubungan masyarakat tidak menunggu adanya permintaan masyarakat, tetapi sekolah berusaha secara aktif (jemput bola), serta mengambil inisiatif untuk melakukan berbagai aktivitas agar tercipta hubungan dan kerjasama harmonis.

Apabila dicermati pengertian tersebut di atas, nampaknya lebih mengarah pada pola hubungan satu arah, yaitu kemauan sekolah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan sekolah. Ini berarti pihak sekolah kurang mendapatkan balikan dari pihak masyarakat.

Definisi yang lebih lengkap diungkapkan oleh Bernays seperti dikutip oleh Suriansyah (2000), yang menyatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat adalah:

  1. Information given to the public (memberikan informasi secara jelas dan lengkap kepada masyarakat)
  2. Persuasion directed at the public, to modify attitude and action (melakukan persuasi kepada masyarakat dalam rangka merubah sikap dan tindakan yang perlu mereka lakukan terhadap sekolah)
  3. Effort to integrated attitudes and action of institution with its public and of public with the institution (suatu upaya untuk menyatukan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh sekolah dengan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh masyarakat secara timbal balik, yaitu dari sekolah ke masyarakat dan dari masyarakat ke sekolah.

Pengertian di atas memberikan gambaran kepada kita apa sebenarnya hakekat hubungan sekolah dan masyarakat. Hal terpenting dari pengertian di atas, adalah adanya informasi yang diberikan kepada masyarakat yang dampaknya dapat merubah sikap dan tindakan masyarakat terhadap pendidikan serta masyarakat memberikan sesuatu untuk perbaikan pendidikan.

Dengan memahami dua pengertian hubungan sekolah dengan masyarakat di atas, kita dapat membuat suatu pengertian sederhana tentang hubungan sekolah dan masyarakat sebagai suatu “proses kegiatan menumbuhkan dan membina saling pengertian kepada masyarakat dan orang tua murid tentang visi dan misi sekolah, program kerja sekolah, masalah-masalah yang dihadapi serta berbagai aktivitas sekolah lainnya”.

Pengertian ini memberikan dasar bagi sekolah, bahwa sekolah perlu memiliki visi dan misi serta program kerja yang jelas, agar masyarakat memahami apa yang ingin dicapai oleh sekolah dan masalah/kendala yang dihadapi sekolah dalam mencapai tujuan, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh sekolah. Dengan demikian mereka dapat memikirkan tentang peranan apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat/orang tua murid dan stakeholders lainnya untuk membantu sekolah.

Pemahaman masyarakat yang mendalam, jelas dan konprehensip tentang sekolah merupakan salah satu faktor pendorong lahirnya dukungan dan bantuan mereka terhadap sekolah. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh C.L. Brownell seperti dikutip oleh Suriansyah (2001) yang menyatakan bahwa: Knowledge of the program is essential to understanding, and understanding is basic to appreciation, appreciation is basic to support.

Bertolak dari pendapat yang diungkapkan Brownell tersebut di atas, dapat dipahami bahwa ssekolah perlu melakukan beberapa aktivitas dalam melaksanakan manajemen peran serta masyarakat agar dapat mencapai hasil yang diharapkan dan memberdayakan masyarakat dan stakeholders lainnya. Beberapa aktivitas tersebut adalah:

Selalu memberikan penjelasan secara periodik kepada masyarakat tentang program-program pendidikan di sekolah, masalah-masalah yang dihadapi dan kemajuan-kemajuan yang dapat dicapai oleh sekolah (berfungsi sebagai akuntabilitas). Agar pemahaman program oleh masyarakat menyentuh hal yang mendasar, maka harus dimulai dengan penjelasan tentang visi dan misi serta tujuan sekolah secara keseluruhan. Apa yang dimaksud dengan visi dan misi sekolah anda dapat memperdalam pada buku-buku reference lain. Kenyataan selama ini tidak semua warga sekolah menghayati atau memiliki pemahaman yang mendalam tentang visi dan misi sekolah, sehingga pada saat masyarakat ingin mengetahui secara mendalam tentang hal tersebut warga sekolah (guru, murid, staf tata usaha dan lain-lain) tidak dapat memberikan penjelasan secara rinci. Hal ini akan memberikan kesan yang kurang baik kepada masyarakat.

Apabila penjelasan-penjelasan tersebut dipahami masyarakat dan apa yang diinginkan serta program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat, maka penghargaan mereka terhadap sekolah akan tumbuh. Tumbuhnya penghargaan inilah yang akan mendorong adanya dukungan dan bantuan mereka pada sekolah. Dengan demikian maka program sekolah harus seiring dengan kebutuhan masyarakat. Karena memang pelanggan dan pengguna hasil lulusan sekolah adalah masyarakat. Atau dengan kata lain pelanggan sekolah itu pada hakekatnya adalah siswa dan orang tua siswa serta masyarakat. Karena itu kebutuhan dan kepuasan pelanggan merupakan hal pokok yang harus diperhatikan oleh lembaga sekolah. Sebagai contoh: Bagaimana masyarakat mau membantu sekolah apabila sekolah di tengah masyarakat religius dan fanatik, sekolah tidak pernah memprogramkan kegiatan sekolah yang bersifat religius, sehingga sekolah terisolir dari masyarakatnya. Sekolah menjadi menara gading bagi lingkungan masyarakatnya sendiri. Kondisi ini yang mendorong masyarakat untuk tidak terlibat apalagi berpartisipasi membantu sekolah.

Bertolak dari gambaran tersebut di atas, Nampak manfaat yang sangat besar bagi sekolah dan masyarakat, apabila hubungan sekolah dengan masyarakat benar-benar dapat dikelola dan direalisasikan secara utuh sesuai dengan konsepsi di atas.

Di samping manfaat seperti diuraikan di atas, pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat yang baik akan memberikan manfaat lain seperti:

  1. Masyarakat/orang tua murid dan stakeholders lainnya akan mengerti dengan jelas tentang visi, misi, tujuan dan program kerja sekolah, kemajuan sekolah beserta masalah-masalah yang dihadapi sekolah secara lengakap, jelas dan akurat.
  2. Masyarakat/orang tua murid dan stakeholders lainnya akan mengetahui persoalan-persolan yang dihadapi atau mungkin dihadapi sekolah dalam mencapai tujuan yang diinginkan sekolah. Dengan demikian mereka dapat melihat secara jelas dimana mereka dapat berpartisipasi untuk membantu sekolah.
  3. Sekolah akan mengenal secara mendalam latar belakang, keinginan dan harapan-harapan masyarakat terhadap sekolah. Pengenalan harapan masyarakat dan orang tua murid terhadap sekolah, khususnya sekolah merupakan unsur penting guna menumbuhkan dukungan yang kuat dari masyarakat. Apabila hal ini tercipta, maka sikap apatis, acuh tak acuh dan masa bodoh masyarakat akan hilang. Yang menjadi pertanyaan adalah, sudahkah sekolah mengenal harapan masyarakat? Atau sekarang justru sekolah memaksakan harapannya kepada masyarakat! Coba kita analisis kondisi tersebut berdasarkan pengalaman dan penglihatan selama ini dalam praktek penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Apabila kita belum melakukan hal tersebut, maka sudah saatnya mulai sekarang sekolah berbenah diri untuk membangun kemitraan dengan masyarakat/ stakeholders untuk kemajuan sekolah.

Apabila kondisi dia atas tercipta, para siswa secara langsung mengetahui bahwa mereka mendapat perhatian yang besar dari kedua belah pihak, baik pihak orang tua/masyarakat maupun pihak sekolah. Hal ini tentunya merupakan kartu kendali bagi sekolah untuk bersikap, berperilaku dan bertindak di luar aturan sekolah yang ada. Kendali/control yang dilakukan bersama antara sekolah dan masyarakat secara terpadu akan memberikan ruang sempit bagi siswa, maupun warga sekolah lainnya yang akan bertindak atau berperilaku tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Dalam kenyataan yang ditemui di lembaga-sekolah sekarang ini nampaknya masih sedikit ditemukan pola-pola hubungan yang dapat mendorong terciptanya keempat hal pokok di atas. Hal ini disebabkan adanya persepsi bahwa peningkatan mutu sekolah dan peningkatan proses pembelajaran cukup dilakukan oleh pihak sekolah atau pihak pemerintah secara sepihak. Sedangkan pihak masyarakat dan orang tua murid cukup dimintakan bantuannya dalam bentuk keuangan saja, atau ada semacam persepsi seolah-olah sekolah yang bertanggung jawab dalam peningkatan mutu. Sedangkan orang tua (masyarakat) tidak perlu terlibat dalam upaya peningkatan mutu di sekolah. Keterlibatan orang tua/masyarakat sering diinterpretasikan atau dipersepsi sebagai bentuk intervensi yang terlalu jauh memasuki kawasan otonomi sekolah. Keadaan ini juga turut berpengaruh terhadap terciptanya hubungan yang akrab antar sekolah dengan pihak masyarakat. Persepsi yang salah ini sebagai akibat dari kurangnya pemahaman masyarakat tentang pendidikan dan juga pemahaman warga sekolah tentang apa dan bagaimana harusnya pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat dibangun. Di samping itu pemberdayaan masyarakat masih cenderung pada aspek pembiayaan.

2. Tujuan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat sebagai salah satu aktivitas yang mendapat kedudukan setara dengan kegiatan pengajaran, pengelolaan keuangan, pengelolaan kesiswaan dan sebagainya (ingat substansi kegiatan management sekolah) juga harus direncanakan, dikelola dan dievaluasi secara baik. Tanpa perencanaan dan pengelolaan serta evaluasi yang baik, tujuan yang hakiki dari kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat tidak akan tercapai.

Apa sebenarnya yang ingin dicapai dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat?, gambaran pada pembahasan di atas sudah memperlihatkan kepada kita tentang apa yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. Secara lebih lengkap Elsbree dan Mc Nelly seperti dikutip oleh Suriansyah (2001) menyatakan bahwa kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan untuk

  1. To improve the quality of children’s learning and growing.
  2. To rise community goals and improve the quality of community living
  3. To develop understanding, enthusiasm and support for community program of public educations

Dari pendapat ini terlihat bahwa yang ingin dicapai dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat ini tidak hanya sekedar mendapat bantuan keuangan dari orang tua murid/masyarakat, tetapi lebih jauh dari hal tersebut yaitu pengembangan kemampuan belajar anak dan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, yang pada akhirnya dapat menumbuhkan dukungan mereka akan pendidikan.

Sebagai bahan perbandingan, anda dapat mempelajari tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat yang dikemukakan oleh L. Hagman sebagai berikut:

  1. Untuk memperoleh bantuan dari orang tua murid/masyarakat, Bantuan apa? Ingat bantuan ini bukan hanya sekedar uang! Untuk melaporkan perkembangan dan kemajuan, masalah dan prestasi-prestasi yang dapat dicapai sekolah. Kapan sebenarnya laporan ini perlu dilakukan oleh pihak sekolah ?
  2. Untuk memajukan program pendidikan.
  3. Untuk mengembangkan kebersamaan dan kerjasama yang erat, sehingga segala permasalahan dan lain-lain dapat dilakukan secara bersama dan dalam waktu yang tepat.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan:

  1. Kualitas pembelajaran. Kualitas lulusan sekolah dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotor hanya akan dapat tercipta melalui proses pembelajar di kelas maupun di luar kelas. Proses pembelajaran yang berkualitas akan dapat dicapai apabila didukung oleh berbagai pihak termasuk orang tua murid/masyarakat.
  2. Kualitas hasil belajar siswa. Kualitas belajar siswa akan tercapai apabila terjadi kebersamaan persepsi dan tindakan antara sekolah, masyarakat dan orang tua siswa. Kebersamaan ini terutama dalam memberikan arahan, bimbingan dan pengawasan pada anak/murid dalam belajar. Karena itu peningkatan kemitraan sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat merupakan prasyarat yang tidak dapat ditinggalkan dalam konteks peningkatan mutu hasil belajar.
  3. Kualitas pertumbuhan dan perkembangan peserta didik serta kualitas masyarakat (orang tua murid) itu sendiri. Kualitas masyarakat akan dapat dibangun melalui proses pendidikan dan hasil pendidikan yang handal. Lulusan yang berkualitas merupakan modal utama dalam membangun kualitas masyarakat di masa depan.

Ini berarti segala program yang dilakukan dalam kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat harus mengacu pada peningkatan kualitas pembelajaran, kualitas hasil belajar dan kualitas pertumbuhan/perkembangan peserta didik. Apabila hal tersebut dapat kita lakukan, maka persepsi masyarakat tentang sekolah akan dapat dibangun secara optimal.

3. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat

Apabila kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat ingin berhasil mencapai sasaran, baik dalam arti sasaran masyarakat/orang tua yang dapat diajak kerjasama maupun sasaran hasil yang diinginkan, maka beberapa prinsip-prinsip pelaksanaan di bawah ini harus menjadi pertimbangan dan perhatian. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Integrity.

Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat harus terpadu, dalam arti apa yang dijelaskan, disampaikan dan disuguhkan kepada masyarakat harus informasi yang terpadu antara informasi kegiatan akademik maupun informasi kegiatan yang bersifat non akademik. Hindarkan sejauh mungkin upaya menyembunyikan (hidden activity) kegiatan yang telah, sedang dan akan dijalankan oleh sekolah, untuk menghindari salah persepsi serta kecurigaan terhadap sekolah. Biasanya sering terjadi sekolah tidak menginformasikan atau menutupi sesuatu yang sebenarnya menjadi masalah sekolah dan perlu bantuan atau dukungan orang tua murid. Oleh sebab itu sekolah harus sedini mungkin mengantisipasi kemungkinan adanya salah persepsi, salah interpretasi tentang informasi yang disajikan dengan melengkapi informasi yang akurat dan data yang lengkap, sehingga dapat diterima secara rasional oleh masyarakat. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan penilaian dan kepercayaan masyarakat/orang tua murid terhadap sekolah, atau dengan kata lain transparansi sekolah sangat diperlukan, lebih-lebih dalam era reformasi dan abad informasi ini, masyarakat akan semakin kritis dan berani memberikan penilaian secara langsung tentang sekolah. Bahkan tidak jarang penilaian dan persepsi yang disampaikan masyarakatan tentang sekolah sering tidak memiliki dasar dan data yang akurat dan valid. Persepsi yang demikian apabila tidak dihindari akan menyebabkan hal yang negatif bagi sekolah, akibatnya sekolah tidak akan mendapat dukungan bahkan mungkin sekolah hanya akan menunggu waktu kematiannya. Karena dia tidak dibutuhkan keberadaannya oleh masyarakatnya sendiri.

2. Continuity.

Prinsip ini berarti bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat, harus dilakukan secara terus menerus. Jadi pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat jangan hanya dilakukan secara insedental atau sewaktu-waktu, misalnya hanya 1 kali dalam satu tahun atau sekali dalam satu semester/caturwulan, atau hanya dilakukan oleh sekolah pada saat akan meminta bantuan keuangan kepada orang tua/masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat selalu beranggapan bahwa apabila ada panggilan sekolah untuk datang ke sekolah selalu dikaitkan dengan minta bantuan uang. Akibatnya mereka cenderung untuk tidak datang atau sekedar mewakilkan kepada orang lain untuk menghadiri undangan sekolah. Kenyataan selama ini menunjukkan bahwa undangan kepada orang tua murid dari sekolah sering diwakilkan kehadirannya kepada orang lain, sehingga kehadiran mereka hanya berkisar antara 60% – 70% bahkan tidak jarang kurang dari 30%. Apabila ini terkondisi, maka sekolah akan sulit mendapat dukungan yang kuat dari semua orang tua murid dan masyarakat.Perkembangan informasi, perkembangan kemajuan sekolah, permasalahan-permasalahan sekolah bahkan permasalahan belajar siswa selalu muncul dan tumbuh setiap saat, karena itu maka diperlukan penjelasan informasi yang terus menerus dari sekolah untuk masyarakat/orang tua murid, sehingga mereka sadar akan pentingnya keikutsertaan mereka dalam meningkatkan mutu pendidikan putra-putrinya. Oleh sebab itu maka informasi tentang sekolah yang akan disampaikan kepada masyarakat juga harus di updating setiap saat. Informasi yang sudah out update akan memberikan kesan kurang baik oleh masyarakat kepada sekolah.

3. Simplicity

Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah dengan masyarakat yang dilakukan baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok pihak pemberi informasi (sekolah) dapat menyederhanakan berbagai informasi yang disajikan kepada masyarakat. Informasi yang disajikan kepada masyarakat melalui pertemuan langsung maupun melalui media hendaknya disajikan dalam bentuk sederhana sesuai dengan kondisi dan karakteristik pendengar (masyarakat setempat). Prinsip kesederhanaan ini juga mengandung makna bahwa:

  • Informasi yang disajikan dinyatakan dengan kata-kata yang penuh persahabatan dan mudah dimengerti. Banyak masyarakat yang tidak memahami istilah-istilah yang sangat ilmiah, oleh sebab itu penggunaan istilah sedapat mungkin disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat yang menjadi audience.
  • Penggunaan kata-kata yang jelas, disukai oleh masyarakat atau akrab bagi pendengar.
  • Informasi yang disajikan menggunakan pendekatan budaya setempat.

4. Coverage

Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan mencakup semua aspek, factor atau substansi yang perlu disampaikan dan diketahui oleh masyarakat, misalnya program ekstra kurikuler, kegiatan kurikuler, remedial teaching dan lain-lain kegiatan. Prinsip ini juga mengandung makna bahwa segala informasi hendaknya lengkap, akurat dan up to date. Lengkap artinya tidak satu informasipun yang harus ditutupi atau disimpan, padahal masyarakat/orang tua murid mempunyai hak untuk mengetahui keberadaan dan kemajuan (progress) sekolah dimana anaknya belajar. Oleh sebab itu informasi kemajuan sekolah, kegagalan/masalah yang dihadapi sekolah serta prestasi yang dapat dicapai sekolah harus dinformasikan kepada masyarakat. Akurat artinya informasi yang diberikan memang tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dalam kaitannya ini juga berarti bahwa informasi yang diberikan jangan dibuat-buat atau informasi yang obyektif. Sedangkan up to date berarti informasi yang diberikan adalah informasi perkembangan, kemajuan, masalah dan prestasi sekolah terakhir. Dengan demikian masyarakat dapat memberikan penilaian sejauh mana sekolah dapat mencapai misi dan visi yang disusunnya.

5. Constructiveness

Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya konstruktif dalam arti sekolah memberikan informasi yang konstruktif kepada masyarakat. Dengan demikian masyarakat akan memberikan respon hal-hal positif tentang sekolah serta mengerti dan memahami secara detail berbagai masalah (problem dan constrain) yang dihadapi sekolah. Apabila hal tersebut dapat mereka mengerti, akan merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong mereka untuk memberikan bantuan kepada sekolah sesuai dengan permasalahan sekolah yang perlu mendapat perhatian dan pemecahan bersama. Hal ini menuntut sekolah untuk membuat daftar masalah (list of problems) yang perlu dikomunikasikan secara terus menerus kepada sasaran masyarakat tertentu.

Prinsip ini juga berarti dalam penyajian informasi hendaknya obyektif tanpa emosi dan rekayasa tertentu, termasuk dalam hal ini memberitahukan kelemahan-kelemahan sekolah dalam memacu peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Prinsip ini juga berarti bahwa informasi yang disajikan kepada khalayak sasaran harus dapat membangun kemauan dan merangsang untuk berpikir bagi penerima informasi.

Penjelasan yang konstruktif akan menarik bagi masyarakat dan akan diterima oleh masyarakat tanpa prasangka tertentu, hal ini akan mengarahkan mereka untuk berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan sekolah. Untuk itu informasi yang ramah, obyektif berdasarkan data-data yang ada pada sekolah.

6. Adaptability

Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya disesuaikan dengan keadaan di dalam lingkungan masyarakat tersebut. Penyesuaian dalam hal ini termasuk penyesuaian terhadap aktivitas, kebiasaan, budaya (culture) dan bahan informasi yang ada dan berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Bahkan pelaksanaan kegiatan hubungan dengan masyarakat pun harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Misalnya saja masyarakat daerah pertanian yang setiap pagi bekerja di sawah, tidak mungkin sekolah mengadakan kunjungan (home visit) pada pagi hari.

Pengertian-pengertian yang benar dan valid tentang opini serta faktor-faktor yang mendukung akan dapat menumbuhkan kemauan bagi masyarakat untuk berpartisipasi ke dalam pemecahan persoalan-persoalan yang dihadapi sekolah.

=====================

Diambil dan adaptasi dari Materi Pembinaan Profesi Kepala Sekolah/Madrasah. Direktorat Tenaga Kependidikan. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Departemen Pendidikan Nasional. 2007)

=====================

DAFTAR PUSTAKA

Ace Suryadi (1991). Indikator Mutu dan Efisiensi Pendidikan SD Di Indonesia (Laporan Analisis Tahap Awal). Jakarta : Balitbangdikbud, Pusat Informatika.

Ahmad Suriansyah (1987). Mutu Pendidikan di SLTP Kalsel “Analisis Partisipasi Orang Tua Murid dalam Pendidikan. Banjarmasin

Ahmad Suriansyah, (2001). Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat. Diktat Bahan Kuliah pada Program Studi Administrai Pendidikan, FKIP Unlam. Banjarmasin: FKIP Unlam

Ahmad Suriansyah., Amka. (2002). Panduan Manajemen Berbasis Sekolah Di Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Dinas Pendidikan Propinsi Kalimantan Selatan.

Bambang Siswanto. (1992). Humas, Teori dan Praktek. Jakarta: Bina Aksara

Brownwll,. C.L., Gans, L., Maroon T.Z. (1955). Public Relation In Education. New York: Mc Grow Hill Book Company, Inc.

Gorton, R.A. (1977). School Administration. Wm. Mc Grow Company Publisher, Dubuque, Iowa.

Husen, T. (1975). Learning Society. Trans. Miarso (Ed) (1988). Jakarta : Rajawali Pers.

Kumars, D. (1989). Sistem Pendidikan Dasar dan Menengah dan Pendidikan Tinggi suatu Perbandingan di Beberapa Negara. Jakarta : Depdikbud, Dikti, P2LPTK.

Pidarta, M. (1988). Manajemen Pendidikan Indonesia. Edisi Pertama, Jakarta : Bina Aksara.

Pramudya Sunu, (1999). Peran SDM dalam Penerapan ISO 9000. Jakarta: Grasindo

Roem, T., Mansour Fakih., Toto Rahardja (Penyunting). (2000). Merubah Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Rosady Ruslan, (2002). Manajemen Humas dan Komunikasi: Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sallis, Edward. 1993) Total Quality Management in Education. London: Bidles Ltd, Guildford and Kings Lynn.

Soleh Soemirat, Elvinaro Ardianto. (2002). Dasar-dasar Public Relations. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Stewart L.Tubbs., Sylvia Moss. (terjemahan). (2000). Human Communication. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudarwan Danim, (2002). Inovasi Pendidikan dalam upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sukardi, (2001) Budaya Mutu dan Prospek Penerapannya Dalam Sekolah, Dalam Dinamika Pendidikan Nomor 2/Th.VIII Nopember 2001: Yogjakarta: FIP UNY.

Torsten Husen. (1988). Masyarakat Belajar. Jakarta: Pusat Antar Universitas Terbuka bekerjasama dengan CV. Rajawali Pers.

Triguno, (1977). Budaya Kerja. Jakarta: PT. Golden Terayon Press.


Sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/01/10/konsep-dasar-manajemen-peran-serta-masyarakat/#more-7446

Jumat, Januari 08, 2010

Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNS

Dalam upaya meningkatkan gairah kerja dan kesejahteraan guru PNS khususnya yang belum menerima tunjangan profesi, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan baru yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2009 tentang Tambahan Penghasilan Bagi Guru PNS, yang ditandatangani oleh Presiden per tanggal 1 Desember 2009.

Isi dari peraturan tersebut diantaranya menyebutkan bahwa:

  • Besarnya tambahan penghasilan yaitu sebesar Rp. 250.000,- (Dua ratus lima puluh ribu rupiah), yang akan diberikan setiap bulan tehitung mulai 1 Januari 2009.
  • Yang berhak menerima tunjangan tambahan ini hanya guru PNS yang ditugaskan dalam satuan pendidikan tertentu dan bukan guru yang telah menerima Tunjangan Profesi.
  • Guru yang diberi tugas tambahan struktural maupun fungsional tidak diberikan tunjangan tambahan ini.


JADWAL MGMP PAI SMP SEMESTER GENAP 2009/2010


Diinformasikan kepada Bapak/ Ibu GPAI SMP Kab. Bekasi Insya Allah Pertemuan MGMP PAI SMP KAB. BEKASI untuk semester 2 ini akan dilaksanakan kembali setiap hari Rabu, adapun jadwal pertemuan sebagai berikut :
1. 20 Januari 2010
2. 17 Februari 2010
3. 17 Maret 2010
4. 7 April 2010
5. 20 Mei 2010
Jadwal sewaktu-waktu dapat berubah, disesuaikan dengan jadwal ujian nasional dan ujian sekolah serta ulangan umum.